Sabtu, 02 Juni 2018

JOGJA PANUTAN, JOGJA MENYATUKAN

Jogja Panutan, Jogja Menyatukan

Jogja dijuluki dengan kota pelajar, sehingga dapat kita jadikan acuan dan panutan khususnya dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan. Dengan adanya julukan “Jogja Kota Pelajar” maka kualitas pendidikan di Jogja seharusnya sudah lebih baik jika dibandingkan dengan kota lainnya khususnya di Indonesia.
Besarnya minat para pelajar untuk menuntut ilmu di Jogja juga merupakan salah satu faktor pendukung dikatakan Jogja kota pelajar. Selain dari pada itu, sekolah di Jogja memiliki nilai plus tersendiri perihal pengalaman. Para pelajar yang berada di Jogja hampir dari seluruh daerah yang ada di Indonesia, karena ini menjadi kemudahan mereka dalam bertukar pikiran dan mendapat banyak teman baru selain dari daerahnya sendiri. Hal ini membuat mereka menjadi semakin banyak pengalaman dari teman-teman baru.
Tidak ada ilmu yang tidak diajarkan di kota ini, Universitas-Universitas megah, bermutu dan berdaya saing tinggi banyak terdapat di Jogja, salah satunya Universitas Gadjah Mada (UGM) yang merupakan universitas pertama berdiri pada zaman kemerdekaan, Universitas Negeri Yogyakarta, Universitas Islam Indonesia, Institut Seni Indonesia dan lain-lain. Saat ini lebih dari 100 perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta berdiri di kota Jogja.
Pelajar dan mahasiswa yang belajar di Jogja dan merupakan pelajar yang berasal dari luar daerah. kebanyakan dari mereka setelah menyelesaikan belajarnya, mereka kembali ke daerah asalnya dengan tujuan untuk memajukan daerahnya dari hasil belajar yang ia dapatkan. Namun ada beberapa pelajar dari luar daerah juga yang menetap di Jogja. Karena selain menyediakan tempat belajar, Jogja juga memberikan lapangan pekerjaan.
Banyaknya pelajar dari luar  daerah  Jogja yang menuntut ilmu di kota Jogja ini membuat pemerintah masing-masing kota dari luar daerah membangun asrama khusus bagi daerahnya sendiri seperti, asrama daerah provinsi Riau, asrama kabupaten Indragiri hilir (asrama IPRY Indragiri Hilir), asrama IKPM Jawa Barat (Asrama Kujang), dan lain sebagainya. Asrama-asrama tersebut langsung dikelola oleh pemerintah masing-masing daerah yang dibuat dikawasan kota Jogja untuk memudahkan pelajar diluar daerah yang merantau mencari ilmu di kota Jogja. Dan menjalin silaturahmi antar pelajar yang berasal dari daerah yang sama.
Jogja juga merupakan kota budaya, karena banyaknya kebudayaan khas yang berasal dari Jogja dan tentunya tidak ada di daerah lainnya. Kebudayaan khas Jogja yaitu adanya upacara-upacara adat dan kesenian-kesenian khas, dengan adanya kebudayaan ini menjadikan Jogja berbeda dengan daerah lain
Yogyakarta memiliki makanan khas yaitu Gudeg. Menurut informasi yang di dapat dari salah satu anggota kontingen Jogja, “Gudeg berbahan dasar nangka muda di campur santan dan membutuhkan waktu berjam-jam untuk menunggu makanan ini masak. Selain itu, terdapat jajanan khas yang berasal dari Jogja yaitu Bakpia yang terbuat dari campuran kacang hijau dan gula merah yang dibalut menggunakan tepung lalu dipanggang. Ketika berjalan ke Jogja tentulah tidak afdhol rasanya jika tidak mencicipi makanan khasnya.
Minuman khas dari Jogja yaitu wedang uwuh kata kak robi yang merupakan salah satu anggota kontingen. Kak robi menambahkan “Wedang uwuh adalah minuman dengan bahan-bahan yang berupa dedaunan mirip dengan sampah”. Dalam bahasa Jawa, wedang berarti minuman, sedangkan  uwuh berarti sampah. Wedang uwuh disajikan panas atau hangat memiliki rasa manis dan pedas dengan warna merah cerah dan aroma harum. Konon dikisahkan bahwa ada seorang raja yang sedang bersemedi di malam hari dan meminta pengawalnya membuat minuman yang dapat menghangatkan tubuhnya. Pengawal itu kemudian membuatkan wedang secang yang diletakkan di bawah pepohonan, tanpa di sengaja jatuhlah dedaunan ke dalam gelas tanpa sepengetahuan raja, namun raja sangat menikmatinya. Itulah sejarah singkat wedang uwuh yang sangat menarik diceritakan oleh kak Robi sebagai ketua putra dari kontingen Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Informasi di atas penulis dapatkan di bumi perkemahan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau pada kegiatan Perkemahan Wirakarya Perguruan Tinggi Keagamaan (PW PTK) bersama utusan terpilih dari Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta yang beranggotakan 16 orang, yaitu Robi Maulana AlhakimRahmat AAkbarMuhammad Putra Abdul AzizSofyan ArifinAfwan HudaRidho HardiansyahAhmat MulhasinFuat Abdul AzizEndah Zahrani,  Aisyah Zahrani M.HNindi TresnaniNoviana Hesti KSilvia RahmawatiMelisia Windia, dan Ulfa Rahmani.
Salah satu dari anggota kontingen Jogja menjelaskan bahwa kota Jogja disebut dengan “kota istimewa karena Jogja dipimpin oleh seorang Sultan, dan setiap Sultan akan menurunkan tahta kepada anak laki-lakinya sebagai penerus jika ia sudah meninggal dunia. Sehingga tidak ada periode yang ditentukan secara khusus untuk masa jabatan. Jogja memiliki 2 kerajaan yang pertama kesultanan yogyakarta dan kedua kesultanan pakualaman. Gubernurnya secara otomatis merupakan Sultan dari kesultanan yogyakarta sedangkan wakil gubernur merupakan Sultan dari kesultanan pakualaman. Hal ini mengakibatkan di Jogja tidak ada pemilihan gubernur, yang ada hanyalah pemilihan walikota.
Jogja juga dikenal dengan banyak tempat wisata yaitu salah satunya Pantai Parangtritis yang merupakan sebuah gerbang gaib untuk menghubungkan dunia nyata dan kerajaan Nyai Roro Kidul. Bahkan setiap tahunnya  pihak Kraton Kesultanan Yogyakarta selalu melakukan ritual arung sesaji yang dikenal dengan nama Labuhan yang sudah dilakukan sejak zaman Sultan Hamengkubuwono I hingga sekarang, lokasinya yaitu di kecamatan Kretek, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Yogyakarta selalu mengadakan karnaval setiap tahun yang biasanya diadakan pada bulan Oktober dengan mengangkat tema tersendri, seperti tema kebudayaan, pendidikan, nasionalisme dan lainnya. Pada saat ini banyak dari tiap sekolah atau daerah di Yogyakarta menampilkan pakaian kreasi hasil tangan mereka sendiri, dan juga memakai pakaian adat. Daerah yang dekat dengan kesultanan masyarakatnya menggunakan pakaian adat daerah Jogja dalam keseharian.
Banyak keunikan dan ciri khas dari kota Jogja ini, yang paling khas adalah pada bulan puasa di Yogyakarta, yaitu banyak masjid hingga musholla yang menyediakan takjil dan menu buka puasa gratis (makanan beserta lauk pauk). Uniknya, menu buka puasa sudah tersebar melalui media sosial sebelum Ramadhan tiba. Setiap hari menunya berbeda-beda yang memungkinkan berita tersebar luas secara cepat khususnya dikalangan Mahasiswa.
Anggota PW PTK dari UIN SUKIJA memiliki kesan pertama ketika memasuki UIN SUSKA RIAU yaitu kawasan kampus yang luas dan mahasiswa yang bernuansa Islami menjadikan kampus terasa sangat nyaman. Mahasiswanya sangat ramah dan menghargai tamu yang datang dari sabang sampai merauke. Budaya melayu sangat terasa karena pakaian melayu dijadikan sebagai salah satu seragam sekolah yang dikenakan setiap hari Jum’at.

0 komentar:

Posting Komentar