Jumat, 08 Juni 2018

FREEDOM WRITERS I


RESENSI FILM FREEDOM WRITERS


Identitas film
Judul Film                 : Freedom Writers
Sutradara                  : Richard LaGravenese
Durasi Film               : 2 jam 2 menit 57 detik
Penulis Naskah        : Richard LaGravenese
Rilis                             : 5 Januari 2007
Genre                          : Biography, Crime, Drama
Produksi                    : Paramount Pictures
Pemeran
Hilary Swank sebagai Ms. Gruwell (seorang guru)

Scott Glenn sebagai Steve Gruwell (Ayah Ms. Gruwell)

Imelda Staunton sebagai Margaret Campbell (Kepala Departemen Sekolah)

Patrick Dempsey sebagai Scott Casey (Suami Ms. Gruwell)

Dan yang lainnya berperan sebagai murid-murid dari sekolah Woodrow Wilson High School diantaranya : Jamal, Eva, Brandy, Gloria, Alejandro, Andre, Ben,  Sindy, dan masih banyak lagi.



“Freedom Writers” karya Richard LaGravenese, film ini menceritakan tentang kegigihan dan kesabaran dari seorang guru di suatu sekolah yang berisikan siswa-siswa yang bermasalah. Siswa-siswa yang bermasalah ini merupakan korban dari kekerasan antar geng yang mereka alami di masa lalu. Film ini diambil  dari kisah nyata seorang guru dari daerah New Port Beach, Amerika Serikat, dan dibuat dari buku harian siswa-siswa Woodrow Wilson High School. Disini yang berperan sebagai guru yang gigih itu ialah Hillary Swank, ia berperan sebagai Erin Gruwell atau Ms. Gruwell.
            Ms. Gruwell adalah seorang guru yang memiliki wawasan yang luas, memiliki tekad yang kuat dan peduli dengan pendidikan. Ini dapat kita lihat ketika ia memilih untuk mengajar di Woodrow Wilson High School sebagai guru Bahasa Inggris dan dia mendapat kelas yang berisikan siswa-siswa yang bisa dikatakan tidak disiplin dan memiliki banyak masalah. Di hari pertamanya mengajar, tidak ada siswa yang menghormatinya layaknya seorang guru, di hari itu Ms. Gruwell sangat kesulitan menghadapi siswa-siswanya dan bahkan ia tidak bisa mengendalikan kondisi kelasnya karena ada perkelahian antar siswa dikelas itu. Tetapi dengan tekad yang kuat dan tujuan yang mulia ia terus berusaha untuk dapat memberikan pendidikan kepada siswa-siswanya.
Siswa-siswa di kelas itu duduk berdasarkan kelompok atau ras mereka masing-masing, seperti ras berkulit putih dan ras berkulit hitam, dan sangat mudah sekali tersulut emosinya hanya karena hal yang sepele. Setelah menghadapi masalah di kelas itu Ms. Gruwell pun bercerita kepada suaminya, dan suaminya tidak ingin Ms. Gruwell meneruskan pekerjaannya karena mengetahui kondisi dari kelas yang ditangani oleh Ms.Gruwell. Tetapi Ms. Gruwell tetap pada pilihannya, ini karena ia adalah orang yang ingin menunjukkan bahwa ia mampu dan ingin dibanggakan oleh ayahnya.
Hari selanjutnya Ms. Gruwell tetap semangat untuk datang dan mengajar di kelas itu dan berusaha terus untuk bisa menghadapi dan mengendalikan siswa-siswanya. Selanjutnya, Ms. Gruwell memiliki ide dan ia sampaikan kepada Ms. Campbell selaku Kepala Sekolah. Ms. Gruwell ingin membuat sesuatu yang berbeda yaitu membuat buku seperti “Anne Frank” dan ia juga igin meminjam buku-buku yang ada di perpustakaan, tetapi keinginannya ditolak, dengan alasan minat membaca siswa itu sangat rendah dan hanya akan sia-sia jika buku tersebut dipinjamkan kepada siswa karena buku-buku tersebut hanya akan dirusak oleh mereka. Ms. Gruwell tidak patah semangat, ia rela untuk bekerja paruh waktu yaitu menjual pakaian dalam wanita agar dapat membelikan siswa-siswanya buku. Dan ia juga tidak kehabisan akal dalam mendidik siswanya yaitu dengan menggunakan game dalam proses belajar yang ditujukan kepada siswa-siswa tersebut. Game itu dinamakan “The Line Game” dimana siswa menjawab pertanyaan dengan berjalan mendekati garis merah, tetapi pertanyaan-pertanyaannya itu membuat siswa-siswanya menjadi lebih bersahabat dengannya. Dan untuk lebih memahami para siswanya ia membagikan sebuah buku seperti buku harian kepada siswa-siswanya dan meminta agar mereka menuliskan kisah apa saja yang mereka alami setiap harinya, dan ia tidak memaksakan kepada mereka, jika tulisan mereka boleh di baca maka letakkan buku tersebut di loker yang sudah di sediakan. Dan ternyata hasilnya tidak mengecewakan, mereka rela tulisan mereka dibaca oleh Ms. Gruwell. Ketika ia membaca tulisan dari masing-masing siswa, akhirnya dia mengetahui apa yang sebenarnya sudah terjadi pada siswa-siswanya sampai membuat mereka jadi seperti itu.
 Kemudian ia juga mengajak mereka pergi ke Museum of Tolerance dan makan bersama dengan korban-korban Holocust agar mereka paham dengan holocust. Setelah itu siswa-siswa tersebut berubah tidak lagi mempermasalahkan ras dan mulai mengenal satu sama lain. Mereka juga menggalang dana demi untuk mengundang Miep Gies (wanita tua yang menyembunyikan Anne)sebagai pembicara di kelas mereka. Di akhir cerita, Ms. Gruwell meminta siswa-siswanya untuk menggabungkan buku harian yang sudah mereka tulis dan di jadikan satu buku yang bernama “The Freedom Writers Diaries”. Berkat Ms. Gruwell sikap mereka dapat berubah dan berhasil mengantarkan mereka lulus dari perguruan tinggi. TAMAT !!!
            Menurut saya film ini memiliki alur yang menarik, pemerannya juga sangat mendalami karakter sehingga sebagai penonton kita dapat terbawa dalam cerita dan dapat menikmati setiap scenenya dan sesuai di tonton oleh remaja karena mengajarkan untuk hidup bertoleransi terhadap orang lain, serta masalah yang diangkat di film ini memang masalah yang pasti ada dan pasti di alami oleh pendidik. Setelah menonton film “FREEDOM WRITERS” kita dapat mengambil pelajaran yang sangat berharga. Khususnya saya sebagai calon pendidik, mendapatkan inspirasi dari seorang guru yang ada dalam film tersebut. Guru tersebut mengajarkan kita agar menjadi pendidik yang memang bertanggung jawab terhadap siswanya, dapat merubah yang buruk menjadi baik dan buah dari kesabaran dan ketekunan itu tidak ada yang sia-sia. Guru di film ini menggunakan cara yang menyenangkan dalam proses belajar seperti memutar lagu sambil belajar, dan bermain sambil belajar. Sangat saya rekomendasikan kepada para pendidik dan para calon pendidik karena penuh dengan inspirasi untuk menghadapi permasalahan dengan siswa. Karena sebagai seorang pendidik kita harus mampu mengerti keadaan, dan kebutuhan dari siswa kita. Bukannya malah lepas tanggung jawab hanya karena siswanya susah diatur dan lain sebagainya.
            Kekurangan film ini adalah adegan dalam film ini banyak yang tidak sesuai untuk anak di bawah umur, karena berisi tentang kekerasan yang dapat merusak moral mereka. Selebihnya film ini sangat menginspirasi dan menarik.
Sekian resensi yang saya buat, semoga bermanfaat dan menginspirasi kita semua. Jika penasaran dengan filmnya silahkan di tonton ya !!!
Terima kasih
Oleh : Rita Agustina
Jurusan : Pendidikan Matematika
Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau 




0 komentar:

Posting Komentar