RESENSI FILM
FREEDOM WRITERS
Identitas
film
Judul Film :
Freedom Writers
Sutradara :
Richard LaGravenese
Durasi Film :
2 jam 2 menit 57 detik
Penulis Naskah : Richard LaGravenese
Rilis :
5 Januari 2007
Genre :
Biography, Crime, Drama
Produksi : Paramount Pictures
Pemeran
Hilary Swank sebagai Ms. Gruwell (seorang guru)
Scott Glenn sebagai Steve Gruwell (Ayah Ms. Gruwell)
Imelda Staunton sebagai Margaret Campbell (Kepala Departemen Sekolah)
Patrick Dempsey sebagai Scott Casey (Suami Ms. Gruwell)
Dan yang lainnya berperan sebagai murid-murid dari sekolah Woodrow Wilson High School diantaranya : Jamal, Eva, Brandy, Gloria, Alejandro, Andre, Ben,
Sindy, dan masih banyak lagi.
“Freedom Writers” karya Richard
LaGravenese, film ini menceritakan tentang kegigihan dan kesabaran dari seorang
guru di suatu sekolah yang berisikan siswa-siswa yang bermasalah. Siswa-siswa
yang bermasalah ini merupakan korban dari kekerasan antar geng yang mereka
alami di masa lalu. Film ini diambil
dari kisah nyata seorang guru dari daerah New Port Beach, Amerika
Serikat, dan dibuat dari buku harian siswa-siswa Woodrow Wilson High School.
Disini yang berperan sebagai guru yang gigih itu ialah Hillary Swank, ia berperan sebagai Erin Gruwell atau Ms. Gruwell.
Ms.
Gruwell adalah seorang guru yang memiliki wawasan yang luas, memiliki tekad
yang kuat dan peduli dengan pendidikan. Ini dapat kita lihat ketika ia memilih
untuk mengajar di Woodrow Wilson High School sebagai guru
Bahasa Inggris dan dia mendapat kelas yang berisikan siswa-siswa yang bisa
dikatakan tidak disiplin dan memiliki banyak masalah. Di hari pertamanya
mengajar, tidak ada siswa yang menghormatinya layaknya seorang guru, di hari
itu Ms. Gruwell sangat kesulitan menghadapi siswa-siswanya dan bahkan ia tidak
bisa mengendalikan kondisi kelasnya karena ada perkelahian antar siswa dikelas
itu. Tetapi dengan tekad yang kuat dan tujuan yang mulia ia terus berusaha
untuk dapat memberikan pendidikan kepada siswa-siswanya.
Siswa-siswa di kelas itu duduk berdasarkan
kelompok atau ras mereka masing-masing, seperti ras berkulit putih dan ras
berkulit hitam, dan sangat mudah sekali tersulut emosinya hanya karena hal yang
sepele. Setelah menghadapi masalah di kelas itu Ms. Gruwell pun bercerita kepada
suaminya, dan suaminya tidak ingin Ms. Gruwell meneruskan pekerjaannya karena
mengetahui kondisi dari kelas yang ditangani oleh Ms.Gruwell. Tetapi Ms.
Gruwell tetap pada pilihannya, ini karena ia adalah orang yang ingin
menunjukkan bahwa ia mampu dan ingin dibanggakan oleh ayahnya.
Hari
selanjutnya Ms. Gruwell tetap semangat untuk datang dan mengajar di kelas itu
dan berusaha terus untuk bisa menghadapi dan mengendalikan siswa-siswanya.
Selanjutnya, Ms. Gruwell memiliki ide dan ia sampaikan kepada Ms. Campbell
selaku Kepala Sekolah. Ms. Gruwell ingin membuat sesuatu yang berbeda yaitu
membuat buku seperti “Anne Frank” dan ia juga igin meminjam buku-buku yang ada
di perpustakaan, tetapi keinginannya ditolak, dengan alasan minat
membaca siswa itu sangat rendah dan hanya akan sia-sia jika buku tersebut
dipinjamkan kepada siswa karena buku-buku tersebut hanya akan dirusak oleh
mereka. Ms. Gruwell tidak patah semangat, ia rela untuk bekerja paruh waktu
yaitu menjual pakaian dalam wanita agar dapat membelikan siswa-siswanya buku.
Dan ia juga tidak kehabisan akal dalam mendidik siswanya yaitu dengan
menggunakan game dalam proses belajar yang ditujukan kepada siswa-siswa
tersebut. Game itu dinamakan “The Line Game” dimana siswa menjawab pertanyaan dengan berjalan mendekati garis merah,
tetapi pertanyaan-pertanyaannya itu membuat siswa-siswanya menjadi lebih
bersahabat dengannya. Dan untuk lebih memahami para siswanya ia membagikan
sebuah buku seperti buku harian kepada siswa-siswanya dan meminta agar mereka
menuliskan kisah apa saja yang mereka alami setiap harinya, dan ia tidak
memaksakan kepada mereka, jika tulisan mereka boleh di baca maka letakkan buku
tersebut di loker yang sudah di sediakan. Dan ternyata hasilnya tidak
mengecewakan, mereka rela tulisan mereka dibaca oleh Ms. Gruwell. Ketika ia
membaca tulisan dari masing-masing siswa, akhirnya dia mengetahui apa yang
sebenarnya sudah terjadi pada siswa-siswanya sampai membuat mereka jadi seperti
itu.
Kemudian ia juga mengajak mereka
pergi ke Museum of Tolerance dan makan bersama dengan korban-korban Holocust
agar mereka paham dengan holocust. Setelah itu siswa-siswa tersebut berubah
tidak lagi mempermasalahkan ras dan mulai mengenal satu sama lain. Mereka juga
menggalang dana demi untuk mengundang Miep Gies (wanita tua yang menyembunyikan
Anne)sebagai pembicara di kelas mereka. Di akhir cerita, Ms. Gruwell meminta
siswa-siswanya untuk menggabungkan buku harian yang sudah mereka tulis dan di
jadikan satu buku yang bernama “The Freedom Writers Diaries”. Berkat Ms. Gruwell
sikap mereka dapat berubah dan berhasil mengantarkan mereka lulus dari
perguruan tinggi. TAMAT !!!
Menurut saya film ini memiliki alur yang menarik,
pemerannya juga sangat mendalami karakter sehingga sebagai penonton kita dapat
terbawa dalam cerita dan dapat menikmati setiap scenenya dan sesuai di tonton
oleh remaja karena mengajarkan untuk hidup bertoleransi terhadap orang lain,
serta masalah yang diangkat di film ini memang masalah yang pasti ada dan pasti
di alami oleh pendidik. Setelah menonton film “FREEDOM WRITERS” kita dapat
mengambil pelajaran yang sangat berharga. Khususnya saya sebagai calon
pendidik, mendapatkan inspirasi dari seorang guru yang ada dalam film tersebut.
Guru tersebut mengajarkan kita agar menjadi pendidik yang memang bertanggung
jawab terhadap siswanya, dapat merubah yang buruk menjadi baik dan buah dari
kesabaran dan ketekunan itu tidak ada yang sia-sia. Guru di film ini
menggunakan cara yang menyenangkan dalam proses belajar seperti memutar lagu
sambil belajar, dan bermain sambil belajar. Sangat saya rekomendasikan kepada
para pendidik dan para calon pendidik karena penuh dengan inspirasi untuk
menghadapi permasalahan dengan siswa. Karena sebagai seorang pendidik kita
harus mampu mengerti keadaan, dan kebutuhan dari siswa kita. Bukannya malah
lepas tanggung jawab hanya karena siswanya susah diatur dan lain sebagainya.
Kekurangan film ini adalah adegan dalam film ini banyak
yang tidak sesuai untuk anak di bawah umur, karena berisi tentang kekerasan
yang dapat merusak moral mereka. Selebihnya film ini sangat menginspirasi dan
menarik.
Sekian resensi yang saya
buat, semoga bermanfaat dan menginspirasi kita semua. Jika penasaran dengan
filmnya silahkan di tonton ya !!!
Terima kasih
Oleh : Rita
Agustina
Jurusan : Pendidikan Matematika
Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau
Jurusan : Pendidikan Matematika
Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau
0 komentar:
Posting Komentar