Jumat, 08 Juni 2018

DI TIMUR MATAHARI II


RESENSI DI TIMUR MATAHARI


Data/Identitas Film
Judul Film                   : Di Timur Matahari
Tahun                          : 2012
Produser                      : Ari Sihasale
Sutradara                     : Ari Sihasale
Penulis Naskah            : Jeremias Nyangoen
Distributor                   : Alenia pictures
Bahasa                         : Indonesia
Negara                         : Indonesia
Pemeran
·         Simson Sikoway sebagai Mazmur
·         Abetnego Yigibalom sebagai Thomas
·         Laura Basuki sebagai Vina
·         Lucky Martin sebagai Nyong
·         Lukman Sardi sebagai Samuel
·         Michael Jakarimilena sebagai Michael
·         Putri Nere sebagai Elsye
·         Ringgo Agus Rahman sebagai Ucok
·         Ririn Ekawati sebagai dr. Fatimah
·         Razz Manobi sebagai Yokim
·         Frisca Waromi sebagai Suryani
·         Maria Resubun sebagai Agnes
·         Yullex Sawaki sebagai Jollex
Sinopsis
            Film ini menceritakan tentang sekumpulan anak-anak di Papua yang menantikan kehadiran seorang guru pengganti. Mereka sudah menunggu guru pengganti selama 6 bulan. Pada suatu hari yang cerah Mazmur dan teman-temannya berlarian masuk ke kelas dan menunggu guru pengganti yang tak kunjung datang. Mazmur memberitahu teman-temannya kalau guru pengganti belum datang lalu dia mengajak teman-temannya untuk bernyanyi saja. Ucok sedang mengendarai kendaraan bermotor sambil menelepon, dia tidak sengaja menabrak Mazmur. Elsye (Ibu Mazmur) menelepon Michael (Paman Mazmur), dia memberitahukan bahwa Mazmur mengalami kecelakaan dan menyuruh Michael untuk pulang ke Papua. Mazmur dibawa ke Puskesmas dan diobati oleh dr. Fatimah, setelah Mazmur diobati Ucok meminta maaf dan bertanggung jawab atas kejadian tersebut dengan membayar semua biaya pengobatan. Namun Blasius (ayah Mazmur) dan Alex (adik dari ayah Mazmur) meminta denda adat sebesar 50 juta rupiah. Ucok terkejut dengan denda adat yang menurutnya begitu besar. Ucok menawar harga denda adat dengan harga Rp.500.000. dan Blasius akhirnya setuju dengan harga tersebut.


            Ketika anak-anak Papua sedang bermain bola tiba-tiba Mazmur mengumumkan kepada teman-temannya bahwa guru pengganti belum juga datang dan mengajak teman-temannya untuk bermain bola lagi lalu mereka bermain bola sambil bernyanyi. Polisi bertemu dengan Ucok dan memberitahukan bahwa terjadi penembakan di dekat daerah itu dan menyuruh Ucok serta teman-temannya untuk waspada dan memberitahu apabila menemukan hal yang mencurigakan. dr. Fatimah menyapa warga Papua dan ketika dr. Fatimah menyapa anak-anak, mereka pada berlarian ketakutan lalu dr. Fatimah dan Elsye memanggil Mazmur untuk disuntik. Pendeta menyapa Blasius dan Alex yang sedang bermain burung merpati, kemudian pendeta bertanya apa yang mereka lakukan dan Blasius menjawab bahwa dia sedang bermain burung merpati dimana burung jantan dilepas sejauh 10 km. Lalu pendeta bertanya apakah burung jantan akan kembali dan Blasius menjawab bahwa dia pasti akan kembali karena betinanya ada pada mereka, Kemudian pendeta mengatakan bahwa burung merpati lebih setia daripada manusia lalu Alex menimpali dengan mengatakan merpati tidak pernah ingkar janji. Kemudian pendeta menyuruh mereka untuk membuktikan ucapannya, setelah lama menunggu ternyata burung merpati jantan tidak datang-datang dan pendeta berkata bahwa ternyata merpati juga bisa ingkar janji sedangkan roh kudus tidak pernah ingkar janji.


            Blasius dan Mazmur pergi ke pasar untuk membeli jagung ketika ingin pulang Blasius melihat Elsye boncengan motor dengan laki-laki lain. Ketika di rumah Blasius memarahi dan memukul istrinya serta menuduh istrinya telah berselingkuh darinya. Pada saat malam hari, Elsye memberikan nasehat kepada Mazmur bahwa tuhan menciptakan kuku tangan bukan untuk berbuat jahat tetapi untuk menolong orang lain. Mazmur bertanya kepada ibunya kenapa ibunya tidak membalas perbuatan ayahnya lalu ibunya menjawab bahwa kasih itu tidak boleh membalas, laki-laki tidak boleh memukul perempuan dan perempuan tidak boleh memukul laki-laki. Tuhan bilang perempuan diambil dari tulang rusuk laki-laki jadi, kalau laki-laki dan perempuan saling pukul itu sama saja dengan laki-laki menyakiti dirinya sendiri.
            Ketika dr. Fatimah menyapa anak-anak yang sedang bermain, mereka pada berlari ketakutan. dr. Fatimah menanyakan kepada anak-anak kenapa mereka tidak sekolah dan Mazmur menjawab bahwa guru pengganti belum datang. dr. Fatimah menawarkan dirinya untuk mengajari anak-anak tentang berhitung. Mazmur dan teman-temannya menghampiri Jollex lalu Jollex menanyakan kenapa mereka tidak sekolah, Mazmur dan teman-temannya menjawab bahwa hari ini, besok dan seterusnya mereka libur. Salah satu teman Mazmur mengatakan kalau guru mereka pulang ke Jayapura selama 6 bulan. Lalu Jollex menyuruh anak-anak berdoa agar tuhan kirim guru dari langit untuk mereka. Mereka mendatangi Jollex untuk meminta pekerjaan dan Jollex menolaknya karena menurutnya tugas mereka adalah belajar. Pendeta menyapa anak-anak yang sedang bermain kelinci dan menanyakan apakah guru mereka belum datang. Anak-anak menjawab belum kemudian Agnes bertanya apakah pendeta bisa mengajari mereka lalu pendeta mengajak mereka untuk berkumpul dan mengatakan bahwa setiap hari minggu ada sekolah minggu. Pendeta menghampiri Nyong yang sedang asyik bermain handphone dan meminjam handphone Nyong untuk menelepon orang, tetapi Nyong tidak mau meminjamkannya karena handphone tersebut tidak bisa untuk menelepon. Setelah itu, Nyong bercerita bahwa dia ditipu penjual handphone dan dia membeli handphone untuk melihat gambar yang tidak baik kemudian Nyong meminta maaf kepada pendeta.
            Blasius dan Joseph (ayah Agnes) menjual burung merpati Blasius, setelah selesai bertransaksi Blasius mengajak Mazmur dan Thomas untuk membeli baju bola. Ketika membayar baju, pemilik toko memberi tahu bahwa uangnya adalah uang palsu dan Blasius marah karena dia telah ditipu sama pembeli burung tadi. Pada saat malam hari, Blasius pulang ke rumah dalam keadaan mabuk. Keesokan paginya Blasius menghajar Joseph karena dia menganggap Joseph telah menipunya dan akan melaporkan hal ini ke polisi. Blasius mengajak Mazmur ke sungai untuk bertemu dengan Joseph dan temannya, tetapi yang terjadi adalah teman Joseph memanah Balsius dan menyebabkan Blasius meninggal dunia. Mazmur menghampiri ayahnya yang sudah meninggal lalu dia nyebur ke sungai karena melihat Joseph dan temannya menghampiri dia. Elsye menelepon Michael memberitahukan bahwa Blasius sudah meninggal setelah itu, Michael dan Vina (Istri Michael) terbang ke Papua. Michael dan Alex sedang berdiskusi tentang kematian Blasius, Alex bersikeras bahwa orang yang membunuh Blasius harus membayar denda adat seharga 3 milyar dan dua ekor babi atau mereka akan berperang sedangkan Michael tidak setuju dengan ide Alex, dia ingin Blasius di kuburkan dan tidak ada balas dendam.


          Ketika Vina dan Michael membeli barang sembako, Vina terkejut dengan harganya yang sangat mahal dan mengatakan tentu saja warga papua meminta untuk merdeka. Pada saat malam hari Elsye tidur di pangkuan Mazmur kemudian Vina datang dan menyentuh tangan Elsye yang salah satu jarinya puntung, Vina menyentuh tangan Elsye dan bertanya apakah tangannya sakit dan Elsye menjawab tidak, cinta itu indah tapi kehilangan itu yang menyakitkan. Pada pagi hari Michael, Vina, Elsye, Mazmur dan Thomas sedang menanam ubi ketika Mazmur berjalan tiba-tiba dia jatuh dan diobati Bapak Yakob kemudian Mazmur dibawa ke rumah, sakit setelah diperiksa ternyata mazmur rabun jauh dan harus memakai kacamata. Ketika Michael dan Vina ingin balik ke Jawa mereka dikejutkan dengan pohon besar yang tumbang dan orang-orang yang memanah ke arah mobil mereka, mereka segera berlari berhamburan menghindar dari anak panah. Namun Bapak Yakob terkena panah ketika mengambil kacamata Mazmur yang jatuh, kemudian Bapak Yakob meninggal dunia tidak hanya itu rupanya terjadi kebakaran di desa Mazmur sehingga warga mengungsi ke gereja.


            Alex marah melihat Bapak Yakob meninggal dunia dan memutuskan untuk perang dengan Joseph. Keesokan paginya Michael, pendeta dan Ucok mengajak anak-anak untuk bernyanyi kemudian Alex bercerita kepada anak-anak. Elsye tiba-tiba datang dan memberitahu bahwa Alex membakar rumah di desa Joseph. Pada saat berperang ternyata Joseph terkena panah dan Agnes meminta tolong dr. Fatimah untuk menyelamatkan ayahnya tapi dokter Fatimah tidak ingin mengobati Joseph karena dia pernah bilang dia tidak akan mengobati orang yang berperang. Ketika pendeta, Nyong dan anak-anak sedang bernyanyi mereka dikejutkan dengan Alex yang terkena panah, setelah itu Thomas menangis dan meminta tolong dokter Fatimah untuk mengobati ayahnya setelah diperiksa ternyata Alex sudah meninggal dunia. Mazmur yang melihat kejadian itu segera berlari dan pergi ke tempat perang sedang terjadi kemudian dia bernyanyi di tengah perang tersebut. Setelah itu datang Agnes dan dia juga ikut bernyanyi lalu datang teman-teman Mazmur yang lain dan mereka bernyanyi bersama. Kemudian datang Michael, pendeta, Vina, Ucok dan warga yang lain dan mereka juga ikut bernyanyi bersama. Perangpun berhasil dihentikan dan semua orang bernyanyi bersama sambil berpegangan tangan. Di sekolah Michael mengajari anak-anak lalu pendeta datang dan Michael mengatakan karena guru pengganti tidak datang maka mereka belajar dengan Bapak Samuel (pendeta).

Kelebihan
            Film ini banyak memberikan pesan-pesan moral bagi kita semua seperti saling memaafkan, jangan ada balas dendam, saling menyayangi dan masih banyak lagi. Film ini tidak hanya menceritakan tentang anak sekolah yang menunggu guru pengganti, tapi film ini juga menceritakan bagaimana adat istiadat, suasana alam, peperangan, keindahan, serta hal-hal yang biasa terjadi di Papua. Film ini juga memberi pengetahuan kepada kita bahwa harga barang di Papua sangat mahal, pendidikan susah karena tidak adanya guru dan masih menggunakan aturan adat. Aturan adat disana seperti masih menggunakan rumah adat Papua yaitu hanoi serta masih adanya peperangan dengan panah. Film ini menarik buat saya karena pemainnya menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa adat disana sehingga kita mengetahui bagaimana bahasa Papua. Nilai moral dari film ini yaitu “Saling memaafkan adalah pilihan terbaik karena cinta dan kedamaian akan membawa kebahagiaan bagi anak-anak kita.”
Kekurangan
            Film ini lebih banyak menceritakan tentang persoalan adat disana seperti peperangan daripada menceritakan guru pengganti di daerah tersebut. Film ini juga kurang menceritakan tentang pendidikan disana padahal inti cerita ini adalah anak-anak di Papua yang menunggu kedatangan seorang guru pengganti. Padahal seharusnya film ini menceritakan bagaimana anak-anak Papua menunggu guru pengganti dan kegiatan apa saja yang mereka lakukan selama menunggu guru pengganti tapi, hingga akhir film guru pengganti tidak juga datang.



Biodata Penulis
Nama                           : Yusi Dalti
Tempat/Tanggal Lahir: Perawang/7 Agustus 1997
Universitas                  : UIN SUSKA RIAU
Fakultas                       : Tarbiyah dan Keguruan
Jurusan                        : Pendidikan Matematika       


0 komentar:

Posting Komentar