Ayo
Wisata Halal ke Lombok !!!
Lombok, Nusa Tenggara Barat
pernah dinobatkan sebagai Tempat Wisata Halal Terbaik dan Tempat Wisata Halal Bulan Madu Terbaik dalam Ajang Internasional World Halal
Travel Award 2015. Penobatan ini tidak terlepas peran dari Dr. TGH. Muhammad Zainul Majdi, M.A atau biasa disapa Tuan Guru Bajang (TGB), beliau merupakan Gubernur Nusa
Tenggara Barat selama dua periode yaitu mulai tahun 2008-2013 dan 2013-2018 dan
sekarang isu-isunya menjadi salah satu calon Presiden
Indonesia. Sebelum beliau menjabat sebagai gubernur, masyarakat Indonesia
banyak yang tidak mengenal keunikan yang ada di Nusa Tenggara Barat, padahal Provinsi Nusa Tenggara Barat mempunyai bermacam-macam kebudayaan, dalam hal seni tari, kerajinan tangan, alat
musik daerah, makanan khas daerah sampai
obyek wisata. Nah, ketika TGB
memimpin inilah baru terlihat semua kebudayaan yang ada di Nusa Tenggara Barat.
Hal ini merupakan peran TGB yang sangat luar biasa sehingga NTB mendapat
julukan Wisata Halal terbaik usai Ajang Internasional World Halal
Travel Award, berkat program
tersebut Nusa Tenggara Barat semakin menunjukkan pesonanya sebagai destinasi
wisata halal terbaik se-Indonesia. Tuan
Guru Bajang menjadi
kebanggaan bagi masyarakat Nusa Tenggara Barat karena masa pimpinan dia yang
begitu giat memajukan dinasti wisata yang ada di NTB bukan hanya itu dari segi
latar belakang pendidikannya juga membanggakan, Beliau lulusan dari
Fakultas Ushuluddin Jurusan Tafsir dan Ilmu-Ilmu Al-Qur’an Universitas Al-Azhar Kairo dan satu almamater dengan Ustadz
Abdul Somad (UAS).
DR. MUHAMMAD ZAINUL MAJDI LC |
Lombok dinobatkan
sebagai tempat wisata halal karena Lombok dijuluki
sebagai “Pulau
Seribu Masjid”, di Lombok sangat banyak masjid sehingga menjadi karakter khas yang
membedakannya dengan daerah lain. Masjid merupakan artefak penting yang tidak
bisa dipisahkan dari kehidupan masyarakat di Lombok dalam semua aspek, masjid
menjadi tanda bagi keberadaan masyarakat Sasak, dari tingkatan dusun, desa, dan
kota sebagai umat Muslim, tanpa masjid maka kehidupan kolektif seperti
kehilangan pusat orientasi ruang dan semua kegiatan seolah tidak punya rujukan
dan makna apapun. Kuliner di Lombok juga
menunjukkan bahwa Lombok merupakan tempat wisata halal.
Makanan khas yang terkenal di Lombok yaitu “Plecing Kangkung”, makanan khas Lombok ini berupa olahan tanaman air (kangkung) yang begitu
populer di setiap rumah makan di Lombok, proses penyajian plecing yaitu dengan cara merebus kangkung dan dimakan bersama sambal
mentah, rasanya
belum ke Lombok jika belum makan kuliner Lombok yang satu ini. Kemudian ada “Ayam Taliwang” yakni ayam kampung
yang dipilih merupakan ayam yang masih muda sehingga dagingnya sangat empuk dan
mudah sekali di lepaskan dari tulang-tulangnya, selain itu ada “Sate Bulayak” yaitu sate yang menggunakan daging sapi yang sudah dipadukan
dengan sambal khas suku Sasak sate
ini memiliki keunikan karena lontongnya dibungkus
dengan menggunakan daun aren dengan bentuk spiral, cara membukanya pun unik
karena harus mengikuti ulir/alur daun arennya. Selanjutnya ada “Nasi
Balap Puyung” yang didalamnya
terdapat ayam suwir, dipadukan dengan cabai, kacang kedelai, taburan rebon
kering, abon dan lauk belut menjadikan paket nasi balap puyung ini juara, dan
masih banyak makanan khas lainnya. “Plecing Kangkung” dan “Ayam Taliwang”, inilah dua
makanan khas yang ditampilkan dalam perlombaan masakan khas Nusantara oleh kontingen dari UIN Mataram di acara PW PTK
ke XIV yang diadakan pada hari Rabu, 9 Mei 2018 di
Pusat Kegiatan Mahasiswa (PKM) UIN SUSKA RIAU.
Universitas Islam Negeri
Mataram atau biasa diseebut UIN
Mataram merupakan Perguruan Tinggi Islam Negeri yang berada di Lombok, Provinsi
Nusa Tenggara Barat (NTB) yang dipimpin oleh Prof. Dr. H. Mutawali, M.Pd. UIN Mataram merupakan
salah satu kontingen yang mengikuti Perkemahan Wirakarya Perguruan Tinggi
Keagamaan (PW PTK) ke XIV se-Indonesia pada tahun 2018 di Pekanbaru, tepatnya
di Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. Dalam acara tersebut penulis mewawancarai tiga orang perwakilan dari
kontingen UIN Mataram, yaitu Laela Suci, Tsamaratul Jannah dan Munir. Menurut narasumber, di NTB ada tiga suku yaitu suku Sasak untuk daerah Lombok, suku Samawa
untuk daerah Sumbawa, dan suku Mbojo untuk daerah Bima Dompu. Untuk dapat mengikuti acara
Perkemahan Wirakarya Perguruan Tinggi Keagamaan (PW PTK) ke XIV se-Indonesia
ini para peserta membutuhkan persiapan yang ekstra seperti, fisik serta mental,
karena itu merupakan syarat untuk dapat mengikuti PW PTK se-Indonesia, dalam
kesempatan ini UIN Mataram mengutus 18 orang, yang terbagi atas 9 putra dan 9
putri, mereka adalah orang-orang terpilih. Mereka membutuhkan waktu lebih dari satu bulan
untuk mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan saat perkemahan berlangsung
seperti dekorasi, pakaian adat, pertunjukan pentas seni, dan makanan khas yang
menunjukkan ciri khas dari daerah
Lombok.
UIN
Mataram hanya menampilkan beberapa kebudayaan yang
menjadi ciri khas daerahnya dalam perlombaan
“Pentas Seni” pada acara PW PTK ke XIV yaitu Tari
Kembang Merarik dan Presean (Bela Diri khas Lombok). Tari kembang merarik ini
memiliki cerita tentang tata cara pernikahan yang sudah menjadi tradisi masyarakat di
Lombok, Merarik itu artinya menikah, sebelum menikah ada kebiasaan mempelai
pria harus menculik mempelai wanita dan membawanya ke rumah mempelai pria, kemudian
setelah 24 jam berlalu, mempelai pria memberitahu kepada pihak keluarga
mempelai wanita bahwasannya dia ingin menikahi putrinya, proses pemberitahuan
bahwa pria ingin menikahi wanita tersebut dinamakan “nyelabar”, namun kegiatan menculik tersebut sudah disepakati antara kedua belah
pihak, jadi mereka sebenarnya bersandiwara,
tetapi para tetangga ataupun orang sekitar tidak boleh mengetahui sandiwara tersebut. Itulah
uniknya tradisi dari Lombok, selain Tari Kembang Merarik, mereka juga
menampilkan seni beladiri khas Lombok yaitu Presean.
Presean ini dijadikan
simbol kejantan kaum pria di suku Sasak dan presean
hanya dilakukan oleh para pria, peralatan yang digunakan dalam permainan
ini yaitu sebuah alat pemukul
semacam tongkat terbuat dari rotan atau penjalin sepanjang sekitar 50 centimeter
berbalut kulit yang kadang ujungnya dilapisi balutan aspal dan pecahan kaca
yang ditumbuk sangat halus, serta sebuah perisai atau “Ende” terbuat dari kulit sapi/kerbau sebagai pelindung dan penangkis serangan lawan, untuk memeriahkan
suasana permainan presean diiringi musik “Gendang Presean”, permainan ini bertujuan
untuk melatih ketangkasan dan binaraga pemuda Lombok, dimainkan dalam 5 ronde
pertandingan dan akan selesai jika ada salah satu yang menyerah. Tradisi Presean ini menjunjung
tinggi sportivitas karena setelah selesai bertanding tidak ada yang menyimpan
dendam. Selain kedua Kesenian tersebut, Lombok masih memiliki
banyak kesenian adat seperti tari-tarian.
Tari tradisional yang berasal dari Nusa Tenggara Barat, diantaranya
yaitu Tari Lenggo dan Taro Batu Nganga. Tari Lenggo ada dua jenis yaitu Tari
Lenggo Melayu Dan Lenggo Mbojo. Tari Siwe (tari perempuan), yaitu jenis tari
yang dimainkan oleh para penari perempuan seperti Lenggo Siwe (lenggo Mbojo),
Toja, Lengsara,
Katubu dan Karaenta. Tari Mone (tari laki-laki), yaitu jenis tari yang
dimainkan oleh penari laki-laki, seperti Kanja, Sere, Soka, Manca, Lenggo Mone
(Lenggo Melayu) dan Mpa’a Sampari. Lalu Tari Batu Nganga dimana Tari Batu Nganga
merupakan sebuah tari berlatar belakang cerita rakyat yang mengisahkan tentang
kecintaan rakyat terhadap putri raja yang masuk batu dan permohonan mereka agar
sang putri dapat keluar dari dalam batu.
Kebudayaan
dan tradisi lain yang dimiliki Lombok yaitu Bau Nyale. Dalam tradisi turun temurun ini, ribuan orang menangkap cacing
laut di sepanjang pantai Pulau Lombok. Cacing-cacing laut ini dikenal dengan
sebutan Nyale,
masyarakat Lombok percaya bahwa Nyale tersebut sebagai jelmaan Putri Mandalika. Mandalika dikenal
sebagai putri cantik yang memilih menceburkan diri ke laut lepas, menghindari
peperangan antar pangeran yang memperebutkan dirinya. Jika berkunjung ke Lombok kita bisa menjadikan Kerajinan tangan yang ada
di Lombok ini sebagai oleh-oleh. Kerajinan tangan khas dari daerah ini
diantaranya Gerabah Banyumulek dan Kain Tenun khas Nusa Tenggara Barat. Gerabah
Banyumulek adalah kerajinan tangan khas Nusa Tenggara Barat yang
dibuat dengan alat berupa lempengan bulat yang dapat diputar dengan tangan. Dan
dapat terbuat dari bahan tanah liat dan tanah liat tersebut dibentuk dengan
alat pemutar, setelah jadi tanah liat yang tadi sudah dibentuk dijemur dan
dibakar. Kain songket merupakan kain tenunan yang dibuat dengan teknik
menambah benang pakan, hiasan dibuat dengan menyisipkan benang perak, emas atau
benang warna di atas benang lungsi. Terkadang juga ada yang dihiasi dengan
manik-manik, kerang atau uang logam.
Kemudian setiap daerah pasti memiliki Alat musik
tradisional yang menjadi ciri khas
daerah tersebut.
Alat
musik tradisional yang berasal dari daerah ini,
diantaranya yaitu Genggong pada
umumnya hanya memainkan lagu-lagu yang berlaras Slendro. Untuk membunyikannya, Genggong dipegang dengan
tangan kiri dan menempelkannya ke bibir. Tangan kanan memetik lidahnya dengan
jalan menarik tali benang yang diikatkan pada ujungnya. perubahan nada dalam
melodi genggong dilakukan dengan mengolah posisi atau merubah rongga mulut yang
berfungsi sebagai resonator. Idiokordo
adalah Alat musik yang seperti siter berdawai tiga dengan cara di petik, alat musik ini disebut
juga Tatabuhan. Sarone adalah sebuah
alat musik tiup, alat musik ini termasuk
golongan aerofon yang berlidah. Sarone, dibuat dari dua bahan pokok yaitu buluh
( jenis bambu kecil) dan daun lontar. Terdapat lubang di alat music ini, ada
yang berlubang 5 bahkan 6. Dan masih banyak lagi alat musik yang ada di Lombok. Selain Alat musik Lombok juga memiliki rumah adat
yaitu Bale
lumbung yang
ditetapkan sebagai ciri khas rumah adat suku sasak. Hal
ini disebabkan bentuknya yang sangat unik dan menarik yaitu berupa rumah
panggung dengan ujung atap yang runcing kemudian melebar sedikit lalu lurus ke
bawah dan bagian bawahnya melebar kembali. Atap dan bubungannya dibuat dari
jerami atau alang – alang, dindingnya terbuat dari anyaman bambu.
Kebudayaan
sudah, sekarang penulis membahas mengenai pendidikan di
Nusa Tenggara Barat (NTB) khususnya tentang pemerataan Kurikulum 2013. Menurut
narasumber, pemerataan Kurikulum 2013 sudah merata untuk daerah perkotaan
sedangkan untuk daerah perkampungan belum semua menerapkan Kurikulum 2013,
selain itu sekolah swasta di daerah tersebut juga belum menerapkan Kurikulum
2013. Hal ini dikarenakan kurangnya sarana dan prasarana yang dapat menunjang
terlaksananya Kurikulum 2013 serta
kurangnya kesiapan guru dalam melaksanakan Kurikulum 2013. Ini merupakan masalah
yang hampir sama di seluruh daerah di Indonesia, pemerataan kurikulum 2013 yang
belum tersebar secara merata dan sesuai harapan, inilah tugas pemerintah untuk
dapat memperbaiki sistem pendidikan dan pemerataan kurikulum serta sebagai
pendidik dan calon pendidik kita harus mempersiapkan diri untuk dapat
melaksanakan tugas secara maksimal.
Kakak
pramuka dari kontingen UIN Mataram yang menjadi narasumber penulis dalam acara
PW PTK ini sangat antusias dalam memberikan berbagai informasi mengenai Nusa
Tenggara Barat, mulai dari Gubernurnya, kebudayaannya, obyek wisatanya, serta
pendidikannya. Mereka seolah-olah mengajak penulis untuk ikut ke Lombok usai
acara PW PTK, kebayang dong.. gimana kentalnya kebudayaan yang ada di Lombok ini, meskipun
kebudayaannya masih kental namun tetap bernuansa Islami loooh!!! Nah, Provinsi
ini cocok nih dijadikan untuk tempat jalan-jalan syar’i. Ayooo ajak orang-orang
yang kamu sayangi ke Lombok untuk liburan Lebaran Idul Fitri tahun ini,
Demikian informasi yang penulis dapat dari kakak
kontingen UIN Mataram diacara PW PTK se-Indosenia 2018 , semoga dapat menambah
wawasan kita semua. Matur Tampi-Asih “Terima Kasih”.
Mahasiswa Pendidikan Matematika Bersama Lombok:
0 komentar:
Posting Komentar