KOTA TERNATE DENGAN BIAYA HIDUP TERMAHAL DI INDONESIA
Ternate adalah kota kecil yang
berada di Indonesia bagian Timur tetapi Ternate merupakan Kota Termahal urutan
ke 3 di Indonesia setelah Jakarta dan Jayapura.
Urutan ketiga sebagai Kota Termahal
di Indonesia ini kebanyakan penduduknya bekerja sebagai petani dan nelayan. Masyarakat
Ternate sudah terbiasa dengan kemahalan yang terjadi di daerahnya dan hal ini
justru menarik banyak pendatang-pendatang baru dari kota lain untuk mencoba
mengadu nasib di daerah ini, mungkin karena sudah terbiasa dengan harga-harga
yang relatif cukup tinggi membuat masyarakat merasa enjoy dengan kemahalan
tersebut.
Masyarakat di Ternate tidak
peduli dengan tanggapan orang, media atau apalah yang mengungkapkan
betapa konsumtifnya mereka, sebenarnya bukan masalah konsumtif tetapi keadaanlah
yang memang demikian adanya, perbandingan harganya bisa sampai 3x lipat
dibandingkan daerah-daerah lain. Masyarakat Ternate ini rata-rata memiliki
ekonomi yang sama, tidak terdapat perbedaan yang sangat mencolok antara “Si
kaya” dan “Si miskin” bahkan jarang ditemukan pengemis yang memang berasal dari
daerah ini tapi seandainya ada, justru pengemis yang berasal dari kota lain.
Hal ini Penulis dapatkan dari hasil wawancara yang Penulis lakukan pada peserta
PW-PTK (Perkemahan Wirakarya Perguruan Tinggi Keagamaan) se-Indonesia ke XIV di
UIN SUSKA RIAU. Penulis mewawancarai Ketua Dewan Putri dari Provinsi Ternate
Nurul Ilmi Putri Pratiwi (22 thn), mahasiswi Institut
Agama Islam Negeri (IAIN) Ternate Semester VI
Fakultas Ekonomi Program Studi Perbankan.
Institut Agama Islam Negeri Ternate mengutus 2 kontingen yaitu 9 orang putra dan 9 orang putri. Adapun
anggota- anggota kontingen putra yakni Fahmi (Ketua Dewan), Syafaat, Maman,
Ikhsan, Muhajir, Alut, Iki, Faisal dan Afriadi. Sedangkan untuk kontingen putri
yakni Nurul (Ketua Dewan), Nadia, Amel, Kartini, Evi, Nikmah, Nisa, Siti dan
Nuni. Dari hasil wawancara tersebut, terdapat beberapa aspek yang Penulis
simpulkan selain dari aspek Perekonomian Masyarakat Ternate yang telah Penulis
jabarkan diatas. Adapun beberapa aspek tersebut, yaitu :
Pendidikan
Pendidikan di Ternate belum merata karena memiliki
banyak pulau-pulau yang sulit dijangkau untuk akses pemerataan pendidikan, masyarakat didaerah tersebut masih terbengkalai dalam urusan
pendidikan wajib yang diprogramkan oleh Pemerintah Maluku Utara. Bukan hanya
itu pemerintah kurang memperhatikan pendidikan, pemerintah memperhatikan
pendidikan hanya untuk politisasi. Hal ini menyebabkan tidak meratanya
pendidikan dan menurunnya kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) didaerah itu
sendiri. Ditambah lagi dengan mayoritas pekerjaan
masyarakat pulau yang bekerja sebagai petani dan nelayan membuat anak usia
sekolah lebih banyak membantu orang tua bekerja. Akan tetapi, untuk pendidikan
di Kota Ternate sudah mulai berkembang dan adanya suatu perubahan, dimana
dulunya nama Sekolah Dasar di Ternate berdasarkan nama desa yang ada, sekarang
nama-nama SD tersebut sudah diberi nomor misalnya SD 1,SD 2 , SD 3 dan
seterusnya. Begitu juga dengan tingkat SMP, disana juga memiliki sekolah MTS
ataupun dengan tingkat Aliyah, melihat mayoritas agama di Ternate adalah Islam.
Masalah
pendidikan tidak terlepas dari yang
namanya biaya, di Ternate dulu nya masih membayar uang komite atau uang spp
sebesar Rp 5000 untuk perbulan nya.
Kebijakan dari Pemerintah Ternate sekarang sudah menerapkan pendidikan gratis
untuk wajib belajar 12 tahun, semuanya
sudah ditanggung oleh pemerintah dengan adanya bantuan seperi Dana BOS (Bantuan
Operasional Sekolah) yang sama halnya seperti di Riau, untuk tingkat
perkuliahan adanya Beasiswa Bidikmisi itu tergantung dari mahasiswa itu sendiri,
apabila mengurus persyaratan untuk beasiswa tersebut maka ia akan mendapatkan
beasiswa tersebut. Untuk fasilitas dan pembangunan
sekolah-sekolah di Ternate sudah lumayan bagus karena sekarang sudah banyak
bangunan-bangunan yang telah siap dan fasilitas yang cukup memadai. Rata-rata anak
usia sekolah yang ada di Provinsi Ternate
sudah memperoleh yang namanya pendidikan.
Kebudayaan dan Tradisi
Suku Ternate sangat kental akan
kebudayaannya, terutama dalam pernikahan. Sebagian masyarakat Ternate yakin
bahwa semakin megah dan meriah pelaksanaan acara sebuah perkawinan, maka status
sosial dalam masyarakat bisa terangkat. Tetapi karena perkembangan zaman
kepercayaan ini mulai ditinggalkan karena mereka menganggap cara yang ditempuh
dalam bentuk perkawinan ini kurang terhormat dan menurunkan martabat keluarga
pihak laki-laki.
Di Ternate ada yang namanya Cukoiba, dimana Cukoiba
adalah adat budaya gam range yang selalu diadakan pada setiap memperingati hari
kelahiran Nabi Besar Muhammad SAW yang dikenal dengan Maulid Nabi, dimana
delapan pria berpakain putih, bertopeng setan dan bersenjata rotan dan berkumpul
di halaman Mesjid Agung Kota Weda, Maluku Utara. Cukoiba ini menjadi salah satu
kebudayaan yang turun temurun sampai saat ini masih tetap digelorakan di
seluruh wilayah Ternate dan ada juga kebudayaan yang bernama Salacin, dimana
salacin merupakan kebudayaan untuk pengobatan orang-orang disana yang biasanya
dilakukan selama 7 hari. Ada hal unik
ketika menyambut Ramadhan di Ternate yakni adanya kegiatan membuat pagar bambu
perkelurahan dan bendera di pinggir jalan dan rumah-rumah mereka harus dicat dengan
warna baru. Ada tradisi gendang sahur yaitu tradisi untuk membangunkan warga
sahur menggunakan iringan tabuhan rebana dan alat tradisional serta ada juga
tradisi ela-ela yang dilaksanakan setiap malam 27 Ramadhan dengan cara membakar
obor di depan setiap masing-masing rumah. Setiap berbuka puasa Ternate
mempunyai makanan khas untuk berbuka puasa yaitu Asida. Asida dibuat
dengan bahan tepung terigu, gula merah, gula pasir, susu, mentega, santan ,
fanili perasa, kenari dan garam.
Hal unik lainnya dari Ternate yaitu
tidak dibolehkannya perempuan masuk ke Masjid Kesultanan Ternate aturan ini
sudah berlaku sejak Kesultanan Ternate berdiri hingga saat ini dikarenakan
sesuai ajaran yang diberikan leluhur orang Ternate secara turun-temurun, kaum
perempuan tidak boleh menjalankan shalat dengan laki-laki, perempuan
dipersilakan shalat dirumah saja. Hanya saja, aturan tersebut hanya berlaku di
Masjid Kesultanan saja sedangkan di masjid lain, tidak dipermasalahkan. Di
Ternate, ada empat masjid yang tidak boleh dimasuki perempuan, karena semuanya
adalah Masjid Kesultanan. Empat masjid itu berada di empat Soa
(kelurahan) yakni Sigi Lamo atau Masjid Kesultanan di Ternate, Heku
(Kelurahan Dufa-Dufa), Soa Cim (Kelurahan Makassar), Soa Langgar (Kelurahan
Koloncucu). Selain melarang perempuan masuk, ciri lain Masjid Kesultanan
Ternate adalah mereka yang masuk ke masjid tidak diperkenankan shalat
menggunakan sarung karena beranggapan sarung itu sama dengan pakaian perempuan.
Jadi laki-laki harus menggunakan celana panjang untuk shalat di Masjid
Kesultanan Ternate.
Mitos
Selain pendidikan dan kebudayaan, di
Ternate juga berkembang mitos-mitos yang dipercayai oleh masyarakat seperti
Danau Tolire yang terletak di kaki Gunung Gamalama dimana seberapapun kuat kita
melempar batu tidak akan pernah menyentuh air danau. Padahal saat melempar dari
pinggir atas danau, air danau terlihat berada di bawah kaki si pelempar.
Masyarakat percaya dengan keberadaan buaya putih siluman penunggu danau
tersebut.
Buaya putih siluman tersebut
dipercayai menjadi penjaga danau sehingga tidak ada orang yang berani memancing
dan menangkap ikan di danau tersebut. Melempar batu yang tidak menyentuh air
danau mungkin terdengar mustahil tetapi jika berkunjung ke Ternate sempatkanlah
untuk membuktikan hal tersebut dengan berkunjung ke Danau Tolire di kaki Gunung
Gamalama ini.
Mahasiswa Pendidikan Matematika Bersama Ternate:
0 komentar:
Posting Komentar