Jumat, 18 Mei 2018

KOTA TERNATE DENGAN BIAYA HIDUP TERMAHAL DI INDONESIA


KOTA TERNATE DENGAN BIAYA HIDUP TERMAHAL DI INDONESIA
Ternate adalah kota kecil yang berada di Indonesia bagian Timur tetapi Ternate merupakan Kota Termahal urutan ke 3 di Indonesia setelah Jakarta dan Jayapura.

Urutan ketiga sebagai Kota Termahal di Indonesia ini kebanyakan penduduknya bekerja sebagai petani dan nelayan. Masyarakat Ternate sudah terbiasa dengan kemahalan yang terjadi di daerahnya dan hal ini justru menarik banyak pendatang-pendatang baru dari kota lain untuk mencoba mengadu nasib di daerah ini, mungkin karena sudah terbiasa dengan harga-harga yang relatif cukup tinggi membuat masyarakat merasa enjoy dengan kemahalan tersebut.

Masyarakat di Ternate tidak peduli  dengan tanggapan orang, media atau apalah yang mengungkapkan betapa konsumtifnya mereka, sebenarnya bukan masalah konsumtif tetapi keadaanlah yang memang demikian adanya, perbandingan harganya bisa sampai 3x lipat dibandingkan daerah-daerah lain. Masyarakat Ternate ini rata-rata memiliki ekonomi yang sama, tidak terdapat perbedaan yang sangat mencolok antara “Si kaya” dan “Si miskin” bahkan jarang ditemukan pengemis yang memang berasal dari daerah ini tapi seandainya ada, justru pengemis yang berasal dari kota lain. Hal ini Penulis dapatkan dari hasil wawancara yang Penulis lakukan pada peserta PW-PTK (Perkemahan Wirakarya Perguruan Tinggi Keagamaan) se-Indonesia ke XIV di UIN SUSKA RIAU. Penulis mewawancarai Ketua Dewan Putri dari Provinsi Ternate Nurul Ilmi Putri Pratiwi (22 thn), mahasiswi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ternate Semester VI Fakultas Ekonomi Program Studi Perbankan.
Institut Agama Islam Negeri Ternate mengutus 2 kontingen yaitu 9 orang putra dan 9 orang putri. Adapun anggota- anggota kontingen putra yakni Fahmi (Ketua Dewan), Syafaat, Maman, Ikhsan, Muhajir, Alut, Iki, Faisal dan Afriadi. Sedangkan untuk kontingen putri yakni Nurul (Ketua Dewan), Nadia, Amel, Kartini, Evi, Nikmah, Nisa, Siti dan Nuni. Dari hasil wawancara tersebut, terdapat beberapa aspek yang Penulis simpulkan selain dari aspek Perekonomian Masyarakat Ternate yang telah Penulis jabarkan diatas. Adapun beberapa aspek tersebut, yaitu :
Pendidikan
Pendidikan di Ternate belum merata karena memiliki banyak pulau-pulau yang sulit dijangkau untuk akses pemerataan pendidikan, masyarakat didaerah tersebut masih terbengkalai dalam urusan pendidikan wajib yang diprogramkan oleh Pemerintah Maluku Utara. Bukan hanya itu pemerintah kurang memperhatikan pendidikan, pemerintah memperhatikan pendidikan hanya untuk politisasi. Hal ini menyebabkan tidak meratanya pendidikan dan menurunnya kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) didaerah itu sendiri. Ditambah lagi dengan mayoritas pekerjaan masyarakat pulau yang bekerja sebagai petani dan nelayan membuat anak usia sekolah lebih banyak membantu orang tua bekerja. Akan tetapi, untuk pendidikan di Kota Ternate sudah mulai berkembang dan adanya suatu perubahan, dimana dulunya nama Sekolah Dasar di Ternate berdasarkan nama desa yang ada, sekarang nama-nama SD tersebut sudah diberi nomor misalnya SD 1,SD 2 , SD 3 dan seterusnya. Begitu juga dengan tingkat SMP, disana juga memiliki sekolah MTS ataupun dengan tingkat Aliyah, melihat mayoritas agama di Ternate adalah Islam.
 Masalah pendidikan  tidak terlepas dari yang namanya biaya, di Ternate dulu nya masih membayar uang komite atau uang spp sebesar Rp  5000 untuk perbulan nya. Kebijakan dari Pemerintah Ternate sekarang sudah menerapkan pendidikan gratis untuk wajib belajar 12 tahun,  semuanya sudah ditanggung oleh pemerintah dengan adanya bantuan seperi Dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah) yang sama halnya seperti di Riau, untuk tingkat perkuliahan adanya Beasiswa Bidikmisi itu tergantung dari mahasiswa itu sendiri, apabila mengurus persyaratan untuk beasiswa tersebut maka ia akan mendapatkan beasiswa tersebut.  Untuk fasilitas dan pembangunan sekolah-sekolah di Ternate sudah lumayan bagus karena sekarang sudah banyak bangunan-bangunan yang telah siap dan fasilitas yang cukup memadai. Rata-rata anak usia sekolah yang ada di Provinsi  Ternate sudah memperoleh yang namanya pendidikan.
Kebudayaan dan Tradisi
Suku Ternate sangat kental akan kebudayaannya, terutama dalam pernikahan. Sebagian masyarakat Ternate yakin bahwa semakin megah dan meriah pelaksanaan acara sebuah perkawinan, maka status sosial dalam masyarakat bisa terangkat. Tetapi karena perkembangan zaman kepercayaan ini mulai ditinggalkan karena mereka menganggap cara yang ditempuh dalam bentuk perkawinan ini kurang terhormat dan menurunkan martabat keluarga pihak laki-laki.
Di Ternate ada yang namanya Cukoiba, dimana Cukoiba adalah adat budaya gam range yang selalu diadakan pada setiap memperingati hari kelahiran Nabi Besar Muhammad SAW yang dikenal dengan Maulid Nabi, dimana delapan pria berpakain putih, bertopeng setan dan bersenjata rotan dan berkumpul di halaman Mesjid Agung Kota Weda, Maluku Utara. Cukoiba ini menjadi salah satu kebudayaan yang turun temurun sampai saat ini masih tetap digelorakan di seluruh wilayah Ternate dan ada juga kebudayaan yang bernama Salacin, dimana salacin merupakan kebudayaan untuk pengobatan orang-orang disana yang biasanya dilakukan selama 7 hari. Ada hal unik ketika menyambut Ramadhan di Ternate yakni adanya kegiatan membuat pagar bambu perkelurahan dan bendera di pinggir jalan dan rumah-rumah mereka harus dicat dengan warna baru. Ada tradisi gendang sahur yaitu tradisi untuk membangunkan warga sahur menggunakan iringan tabuhan rebana dan alat tradisional serta ada juga tradisi ela-ela yang dilaksanakan setiap malam 27 Ramadhan dengan cara membakar obor di depan setiap masing-masing rumah. Setiap berbuka puasa Ternate mempunyai makanan khas untuk berbuka puasa yaitu Asida. Asida dibuat dengan bahan tepung terigu, gula merah, gula pasir, susu, mentega, santan , fanili perasa, kenari dan garam.
Hal unik lainnya dari Ternate yaitu tidak dibolehkannya perempuan masuk ke Masjid Kesultanan Ternate aturan ini sudah berlaku sejak Kesultanan Ternate berdiri hingga saat ini dikarenakan sesuai ajaran yang diberikan leluhur orang Ternate secara turun-temurun, kaum perempuan tidak boleh menjalankan shalat dengan laki-laki, perempuan dipersilakan shalat dirumah saja. Hanya saja, aturan tersebut hanya berlaku di Masjid Kesultanan saja sedangkan di masjid lain, tidak dipermasalahkan. Di Ternate, ada empat masjid yang tidak boleh dimasuki perempuan, karena semuanya adalah Masjid Kesultanan. Empat masjid itu berada di empat Soa (kelurahan)  yakni Sigi Lamo atau Masjid Kesultanan di Ternate, Heku (Kelurahan Dufa-Dufa), Soa Cim (Kelurahan Makassar), Soa Langgar (Kelurahan Koloncucu). Selain melarang perempuan masuk, ciri lain Masjid Kesultanan Ternate adalah mereka yang masuk ke masjid tidak diperkenankan shalat menggunakan sarung karena beranggapan sarung itu sama dengan pakaian perempuan. Jadi laki-laki harus menggunakan celana panjang untuk shalat di Masjid Kesultanan Ternate.
Mitos
Selain pendidikan dan kebudayaan, di Ternate juga berkembang mitos-mitos yang dipercayai oleh masyarakat seperti Danau Tolire yang terletak di kaki Gunung Gamalama dimana seberapapun kuat kita melempar batu tidak akan pernah menyentuh air danau. Padahal saat melempar dari pinggir atas danau, air danau terlihat berada di bawah kaki si pelempar. Masyarakat percaya dengan keberadaan buaya putih siluman penunggu danau tersebut.
Buaya putih siluman tersebut dipercayai menjadi penjaga danau sehingga tidak ada orang yang berani memancing dan menangkap ikan di danau tersebut. Melempar batu yang tidak menyentuh air danau mungkin terdengar mustahil tetapi jika berkunjung ke Ternate sempatkanlah untuk membuktikan hal tersebut dengan berkunjung ke Danau Tolire di kaki Gunung Gamalama ini.
Mahasiswa Pendidikan Matematika Bersama Ternate:







0 komentar:

Posting Komentar