Punya
nyali? Sorong menanti, ayo mengabdi!
Kota Sorong yang terletak di Provinsi Papua Barat
merupakan kota terbesar kedua di Papua setelah kota Jayapura. Sudah terdapat
Perguruan Tinggi Islam di Sorong, salah satunya bernama STAIN Sorong. STAIN Sorong adalah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri
Sorong di provinsi Papua Barat yang didirikan berdasarkan peraturan presiden no
78 tahun 2006 tertanggal 20 Juli 2006 atau
pada tanggal 25 Jumadil Akhir 1427 H.
Sorong dikenal dengan kota dolar, namun sangat disayangkan
pendidikan di Sorong, Papua Barat tak sebanding dengan pendapatan daerah
tersebut. Belum meratanya pendidikan antara daerah perkotaan dan daerah
terpencil merupakan salah satu faktor lemahnya pendidikan di Sorong. Pesantren di Sorong banyak
yang terletak dipinggir kota Sorong karena lahan kosong hanya
ada dipinggir kota. Daerah terpencil yang berada di
Papua Barat masih banyak
yang belum tersentuh pendidikan, dikarenakan aksesnya sulit dijangkau. Beberapa
daerah tertentu ada yang belum memiliki sekolah menengah. Minimnya masyarakat
yang sarjana menjadi peghambat kinerja seorang guru profesional. Bagaimana
tidak, Sorong hanya menyediakan 4 universitas saja. Kekurangan guru merupakan
faktor utama yang menyebabkan masyarakat kota dolar ini tidak mengenyam
pendidikan secara maksimal.
Banyak hal yang dapat
dilakukan sebagai solusi permasalahan pendidikannya. STAIN Sorong sendiri sudah melakukan program dengan mengutus mahasiswanya barganti-gantian selama 3 hari
untuk membantu di pedalaman
sebagai seorang relawan. Solusi lainnya yaitu dengan membuka cakrawala
pemikiran calon pendidik agar mampu dan mau mengabdi ke berbagai daerah
terpencil, Sorong Papua Barat khususnya. Sama halnya seperti kita, Papua berhak
mendapatkan pendidikan dengan kualitas yang optimal. “Tinggikan nyali, satukan
tekad, lakukan perubahan peningkatan mutu pendidikan”.
Jangan pernah takut untuk
mengabdi ke Sorong, Papua Barat. Keramah tamahan masyarakatnya, budayanya,
serta keindahan alamnya akan membuatmu lupa jalan kembali pulang begitulah
ajakan salah satu anggota kontingen putra yaitu kak Muhammad Maulana. STAIN
Sorong juga berpartisipasi dalam kegiatan Perkemahan Wirakarya Perguruan Tinggi
Keagamaan (PW PTK). Adapun beberapa utusan terpilihnya, yaitu Safwan Asyaris
A.R, Sahril Rumbabik,
Ahmad, Muhammad Maulidin,
Misbachul Munir, Aldair, Jarwadi Masie, Ilham, Nur Afni, Nurliana Mangga, Nur Adnin Aziz, Nurul Handayani, Tri Riski, Nur Azati Sasari, Titin Andriati, Rika Defianti, dan Siti Sarayeblo.
Berada di Riau menimbulkan kesan bahagia bagi mereka,
dikarenakan Riau merupakan provinsi yang harga kebutuhannya sepuluh kali lipat
lebih rendah dibandingkan Sorong, Papua Barat. Kesempatan besar bagi mereka untuk
berbelanja kebutuhan maupun oleh-oleh seraya menghabiskan uang saku. Kak Muhammad
Maulana mengatakan bahwa di Sorong pendapatannya sangat besar, namun
pengeluarannya juga besar. Bayangkan
saja, dalam sehari di kota Sorong kita bisa mendapatkan sembilan juta jika
bekerja keras dan sungguh-sungguh dalam bekerja.
Bahasa di Riau belum dapat menandingi bahasa di Papua
Barat yaitu sebanyak 200 bahasa dengan keunikan logat tersendiri. Papua Barat
mempunyai banyak kebudayaan yang masih kental khususnya di daerah pedalaman.
Makanan khas yang terkenal adalah Papeda yaitu makanan berupa bubur sagu yang
biasanya disajikan dengan ikan tongkol atau mubara yang dibumbui dengan kunyit.
Rumah adat dari Papua Barat disebut dengan Honai. Rumah adat ini dapat dijumpai
di daerah-daerah perkampungan, sedangkan untuk wilayah perkotaan sudah jarang
dijumpai kecuali pada acara-acara tertentu misalnya Konferensi Adat Mui dan
acara adat memperingati hari lahirnya Papua. Untuk alat musik dari daerah
tersebut yaitu Tifa yang digunakan untuk mengiringi tarian perang, tarian
papua seperti cakalele, tarian khas papua dan
tarian campuran khas timur serta
beberapa tarian lain. Senjata atau alat perang berupa panah-panah dan parang
yang terbuat dari kayu.
Berbagai
suku yang terdapat di Sorong yaitu suku boe,
maru, paopeda dan lainnya. Masih banyak di daerah papua ini yang masih memegang
adat istiadat, dan kurang terbukanya terhadap orang-orang baru yang berkunjung
ke Papua. Seperti di daerah timika dan wamena, jika ada pengunjung yang ingin
memasuki daerah mereka, maka para pengunjung harus mengikuti adat istiadat yang
ada di daerah tersebut. Seperti pakaian, makanan dan adat-adat yang lainnya.
Daya tarik tempat wisata disana adalah Raja Ampat yang terbagi menjadi 4 pulau besar (diantaranya
Waigeo, Salawati, Batanta, dan Misool),
ada fauna yang dilindungi yaitu burung cendrawasih, puncak love, kolam
ubur-ubur, pulau pensil, pulau kepala manusia, gunung petik bintang yang merupakan tempat wisata tertinggi di Papua Barat, dan
tempat wisata lainnya. Sorong sudah mayoritas Islam, namun jika di pedalaman
masih ada yang mualaf, di daerah papua yang muslimnya paling sedikit itu di
Manokuari.
Kesan terakhir dari mereka yaitu dalam hal cuaca yang
sangat jauh berbeda. Riau memiliki cuaca yang stabil menurut mereka, terasa
sangat dingin di subuh hari. Sedangkan di Sorong cuaca sangat ekstrim, luar
biasa panasnya. Sedikit komentar beberapa anggota yang sudah berwisata ke ulu kasok
yang katanya raja ampat kw. “Ulu kasokmu tak seindah raja ampatku” jauh berbeda
panoramanya, alam di raja ampat akan memanjakan mata dan membuatmu semakin
kagum akan penciptaan Allah swt. Penasaran akan keunikan lainnya? Jangan lupa
mengabdi ke Sorong, Papua Barat!
Mahasiswa Pendidikan Matematika Bersama Kakak-kakak Sorong:
0 komentar:
Posting Komentar