Sabtu, 19 Mei 2018

PUNYA NYALI? SORONG MENANTI, AYO MENGABDI!


Punya nyali? Sorong menanti, ayo mengabdi!
Kota Sorong yang terletak di Provinsi Papua Barat merupakan kota terbesar kedua di Papua setelah kota Jayapura. Sudah terdapat Perguruan Tinggi Islam di Sorong, salah satunya bernama STAIN Sorong. STAIN Sorong adalah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Sorong di provinsi Papua Barat yang didirikan berdasarkan peraturan presiden no 78 tahun 2006 tertanggal 20 Juli 2006 atau  pada tanggal 25 Jumadil Akhir 1427 H.
Sorong dikenal dengan kota dolar, namun sangat disayangkan pendidikan di Sorong, Papua Barat tak sebanding dengan pendapatan daerah tersebut. Belum meratanya pendidikan antara daerah perkotaan dan daerah terpencil merupakan salah satu faktor lemahnya pendidikan di Sorong. Pesantren di Sorong banyak yang terletak dipinggir kota Sorong karena lahan kosong hanya ada dipinggir kota. Daerah terpencil yang berada di Papua Barat masih banyak yang belum tersentuh pendidikan, dikarenakan aksesnya sulit dijangkau. Beberapa daerah tertentu ada yang belum memiliki sekolah menengah. Minimnya masyarakat yang sarjana menjadi peghambat kinerja seorang guru profesional. Bagaimana tidak, Sorong hanya menyediakan 4 universitas saja. Kekurangan guru merupakan faktor utama yang menyebabkan masyarakat kota dolar ini tidak mengenyam pendidikan secara maksimal.
Banyak hal yang dapat dilakukan sebagai solusi permasalahan pendidikannya. STAIN Sorong sendiri sudah melakukan program dengan mengutus mahasiswanya barganti-gantian selama 3 hari untuk membantu di pedalaman sebagai seorang relawan. Solusi lainnya yaitu dengan membuka cakrawala pemikiran calon pendidik agar mampu dan mau mengabdi ke berbagai daerah terpencil, Sorong Papua Barat khususnya. Sama halnya seperti kita, Papua berhak mendapatkan pendidikan dengan kualitas yang optimal. “Tinggikan nyali, satukan tekad, lakukan perubahan peningkatan mutu pendidikan”.
Jangan pernah takut untuk mengabdi ke Sorong, Papua Barat. Keramah tamahan masyarakatnya, budayanya, serta keindahan alamnya akan membuatmu lupa jalan kembali pulang begitulah ajakan salah satu anggota kontingen putra yaitu kak Muhammad Maulana. STAIN Sorong juga berpartisipasi dalam kegiatan Perkemahan Wirakarya Perguruan Tinggi Keagamaan (PW PTK). Adapun beberapa utusan terpilihnya, yaitu Safwan Asyaris A.R, Sahril Rumbabik, Ahmad, Muhammad Maulidin, Misbachul Munir, Aldair, Jarwadi Masie, Ilham, Nur Afni, Nurliana Mangga, Nur Adnin Aziz, Nurul Handayani, Tri Riski, Nur Azati Sasari, Titin Andriati, Rika Defianti, dan Siti Sarayeblo.
Berada di Riau menimbulkan kesan bahagia bagi mereka, dikarenakan Riau merupakan provinsi yang harga kebutuhannya sepuluh kali lipat lebih rendah dibandingkan Sorong, Papua Barat. Kesempatan besar bagi mereka untuk berbelanja kebutuhan maupun oleh-oleh seraya menghabiskan uang saku. Kak Muhammad Maulana mengatakan bahwa di Sorong pendapatannya sangat besar, namun pengeluarannya juga besar. Bayangkan saja, dalam sehari di kota Sorong kita bisa mendapatkan sembilan juta jika bekerja keras dan sungguh-sungguh dalam bekerja.
Bahasa di Riau belum dapat menandingi bahasa di Papua Barat yaitu sebanyak 200 bahasa dengan keunikan logat tersendiri. Papua Barat mempunyai banyak kebudayaan yang masih kental khususnya di daerah pedalaman. Makanan khas yang terkenal adalah Papeda yaitu makanan berupa bubur sagu yang biasanya disajikan dengan ikan tongkol atau mubara yang dibumbui dengan kunyit. Rumah adat dari Papua Barat disebut dengan Honai. Rumah adat ini dapat dijumpai di daerah-daerah perkampungan, sedangkan untuk wilayah perkotaan sudah jarang dijumpai kecuali pada acara-acara tertentu misalnya Konferensi Adat Mui dan acara adat memperingati hari lahirnya Papua. Untuk alat musik dari daerah tersebut yaitu Tifa yang digunakan untuk mengiringi tarian perang, tarian papua seperti cakalele, tarian khas papua dan tarian campuran khas timur serta beberapa tarian lain. Senjata atau alat perang berupa panah-panah dan parang yang terbuat dari kayu.
Berbagai suku yang terdapat di Sorong yaitu suku boe, maru, paopeda dan lainnya. Masih banyak di daerah papua ini yang masih memegang adat istiadat, dan kurang terbukanya terhadap orang-orang baru yang berkunjung ke Papua. Seperti di daerah timika dan wamena, jika ada pengunjung yang ingin memasuki daerah mereka, maka para pengunjung harus mengikuti adat istiadat yang ada di daerah tersebut. Seperti pakaian, makanan dan adat-adat yang lainnya.
Daya tarik tempat wisata disana adalah Raja Ampat yang terbagi menjadi 4 pulau besar (diantaranya Waigeo, Salawati,  Batanta, dan Misool), ada fauna yang dilindungi yaitu burung cendrawasih, puncak love, kolam ubur-ubur, pulau pensil, pulau kepala manusia, gunung petik bintang yang merupakan tempat wisata tertinggi di Papua Barat, dan tempat wisata lainnya. Sorong sudah mayoritas Islam, namun jika di pedalaman masih ada yang mualaf, di daerah papua yang muslimnya paling sedikit itu di Manokuari.
Kesan terakhir dari mereka yaitu dalam hal cuaca yang sangat jauh berbeda. Riau memiliki cuaca yang stabil menurut mereka, terasa sangat dingin di subuh hari. Sedangkan di Sorong cuaca sangat ekstrim, luar biasa panasnya. Sedikit komentar beberapa anggota yang sudah berwisata ke ulu kasok yang katanya raja ampat kw. “Ulu kasokmu tak seindah raja ampatku” jauh berbeda panoramanya, alam di raja ampat akan memanjakan mata dan membuatmu semakin kagum akan penciptaan Allah swt. Penasaran akan keunikan lainnya? Jangan lupa mengabdi ke Sorong, Papua Barat!
Mahasiswa Pendidikan Matematika Bersama Kakak-kakak Sorong:










0 komentar:

Posting Komentar