Kamis, 17 Mei 2018

"Bumi Rafflesia dalam Ajang PW PTK"

Bumi Rafflesia dalam Ajang PW PTK  
        Bengkulu dikenal sebagai Bumi Rafflesia karena dihutan tropis Bengkulu terdapat beberapa jenis bunga Rafflesia. Rafflesia merupakan salah satu keajaiban alam Indonesia yang merupakan spesies tumbuhan unik, karena tidak memiliki batang, daun ataupun akar yang sesungguhnya, dan merupakan endoparasit pada tumbuhan merambat dari genus Tetrastigma (family vitaceae).  Bunga ini tersebar dihutan tropis dari Sumatera sampai bagian barat pulau Jawa dan merupakan jenis bunga yang terbesar, bukan hanya di Indonesia tetapi juga di dunia dengan diameter 70-110 cm.
     Bunga Rafflesia menjadi sebuah ikon penting di Bengkulu. Bunga ini ditemukan pertama kali pada tahun 1818  dihutan tropis Sumatera oleh seorang pemandu yang bekerja pada Dr. Joseph Arnold yang sedang mengikuti ekspedisi yaitu Thoman Stanford Raffles. Karena itulah nama Rafflesia Arnoldi merupakan gabungan dari nama kedua orang tersebut. Bunga Rafflesia dapat dikatakan bunga Nasional Indonesia yang hanya tumbuh ditempat tertentu, seperti di sumatera bagian selatan yaitu Bengkulu. Bunga Rafflesia mirip dengan bunga bangkai, namun hanya saja bunga ini memiliki kelopak yang sangat besar dan lebar. Bunga Rafflesia hanya dapat tumbuh di daerah pegunungan dan dijadikan sebagai ciri khas dari Provinsi Bengkulu itu sendiri.
            Banyak wisatawan asing yang datang ke Bengkulu hanya untuk melihat secara langsung bagaimana kondisi dan bentuk nyata bunga Rafflesia. Hal ini menunjukkan bahwa ternyata dengan bentuknya yang sederhana, bunga Rafflesia mampu menarik perhatian para pengunjung. Meskipun tak jarang dari para pengunjung datang disaat yang tidak tepat. Mereka datang disaat bunga Rafflesia layu, karena bunga Rafflesia hanya memiliki masa hidup satu  minggu saja dari waktu mekarnya. Namun, uniknya bunga langka tersebut tidak dapat disentuh oleh siapapun, karena jika tersentuh maka bunga itu akan cepat mati dan tidak dapat bertahan hingga 10 hari.
Bengkulu juga memiliki kebudayaan yang unik, yaitu Ritual Tabut Tebuang. Ritual Tabut Tebuang adalah suatu ritual keagamaan yang dilakukan untuk mengenang cucu Rasulullah Saw, Hasan dan Husein. Pembuangan Tabut merupakan puncak rangkaian ritual yang dilakukan selama 10 hari pada 1-10 Muharram. Ritual ini bermakna membuang semua perbuatan buruk karena diyakini kebaikan pasti akan bisa mengalahkan kejahatan. Ritual Tabut hanya berlaku dan dilaksanakan didua kota yang ada di Indonesia yaitu Padang dan BengkuluTidak hanya terpaku pada  pesona bunga Rafflesia Arnoldi dan Ritual Tabut Tebuang yang dijadikan objek wisata oleh para wisatawan, Bengkulu juga menjunjung tinggi nilai kepramukaan, hal ini dibuktikan dengan keikutsertaan Bengkulu dalam melaksanakan kegiatan pramuka sesuai dengan peraturan Kemendikbud yang telah berlaku yang menjadikan pramuka sebagai salah satu ekskul wajib.
Pemerintah terus berupaya untuk menghidupkan kembali semangat kepramukaan dengan mengadakan berbagai kegiatan yang berhubungan dengan pramuka. Salah satu kegiatan besar yang diselenggarakan oleh pemerintah yaitu ajang Perkemahan Wirakarya Perguruan Tinggi Keagamaan atau yang disingkat dengan PW PTK yang dilaksanakan hanya setiap dua tahun sekali saja.
           Tak mau ketinggalan akan ajang besar tersebut Bengkulu berpartisipasi sebagai kontingen yang mengikuti ajang PW PTK pada hari kamis, tanggal 03 mei 2018 lalu. Dalam ajang tersebut, Bengkulu mengirim utusan dari IAIN Bengkulu sebagai kontingen perwakilan dari Bengkulu.
Kontingen Bengkulu di PW PTK XIV
            Utusan yang dikirim dari IAIN Bengkulu adalah para mahasiswa yang telah lulus ujian seleksi di kampusnya. Sebelum berangkat ke UIN SUSKA RIAU, mereka diuji terlebih dahulu dari kampusnya seperti di tes kemampuan akademik, pengetahuan kepramukaannya, dan pengetahuan seputar kota Bengkulu itu sendiri. Jumlah anggota yang ikut PW PTK dari Bengkulu adalah 25 orang dengan 6 orang pembimbing dan wakil dekan III. Anggotanya yaitu Rahmad Sanjaya sebagai ketua pramuka, Widodo, Daus, Ramdan Hidayat, Ahmad Sira’it, M. Yusuf, Mita sebagai pemangku adat,  Riska,  Tina, Indri, Wulan, Dewi, Nadia, Novi, Dian, Zulfi, sementara yang homestay ada 4 orang  di limau manis.
Pada kegiatan PW PTK penulis berhasil mewawancarai salah seorang mahasiswa dari kontingen IAIN Bengkulu. Beliau adalah Rahmad Sanjaya, mahasiswa IAIN Bengkulu jurusan Muamalah semester 8. Beliau menjelaskan bahwa beliau sudah lama mengikuti ekskul pramuka sejak  SD, SMP, SMA sampai diperkuliahan beliau kembangkan kembali bakat pramukanya.
Sanjaya mengatakan bahwa dalam pramuka diajarkan pendidikan karakter dimana pendidikan karakter itu menjadikan pribadi siswa yang jelas. Maksud jelas disini adalah jelas strukturalnya, praktek dilapangannya jelas, karakternya benar-benar dibentuk dan dibina secara maksimal. Untuk para guru, kelebihan pramuka yaitu menjadi wadah pelatihan guru untuk dapat mengenal personal siswa terlebih dahulu sebelum terjun ke lapangan menghadapi siswa. Dalam pramuka diadakan  sebuah pelatihan dan kursus, dimana jika sudah mengikuti kursus sudah diperbolehkan untk mengajar. Dengan demikian sebelum masuk praktek dilapangan kita dapat mengenal terlebih dahulu pribadi siswa.
Sanjaya juga menuturkan bahwa “Pendidikan itu sangatlah penting, semua orang wajib mengenyam dan bisa merasakan pendidikan. Tidak ada kata tidak mampu selagi kita mau berusaha. Dimana ada niat maka disitu ada jalan keluarnya. Mengingat di zaman sekarang ini banyak yang beranggapan bahwa orang yang tidak memiliki dana yang cukup, tidak dapat melanjutkan sekolahnya kedunia perkuliahan. Hal ini tentu anggapan yang mesti diberi pengertian dan diluruskan. Orang yang tidak bisa berkuliah karena tidak ada dana itu adalah orang yang malas. Jika betul-betul mau belajar, ada alternatif lain seperti mengurus beasiswa ke Rektorat karena tidak ada lagi sistem perkuliahan zaman dulu tidak mampu bayar maka harus di DO. Pihak kampus juga telah menyediakan berbagai beasiswa, diantaranya seperti bidikmisi, aktivis dan beasiswa untuk yang berprestasi. Jadi apa lagi yang menghalangi kita untuk mengenyam dunia pendidikan?”.

Mahasiswa UIN Suska Riau Jurusan Pendidikan Matematika Bersama Kontingen Bengkulu
Sanjaya mengungkapkan pendapat mengenai kesan pertamanya beserta anggotanya yang lain saat memasuki kawasan UIN SUSKA RIAU. Beliau mengatakan bahwa  “ Sejak pertama masuk UIN SUSKA RIAU rasanya seperti di Mekkah, karena semua bangunannya memiliki relief kubah sehingga membingungkan saya  untuk membedakan mana yang mesjid dan mana yang merupakan gedung Fakultas, suasananya benar-benar religi serta tampak sebuah kapal Lancang Kuning ketika memasuki kawasan UIN SUSKA RIAU setelah melewati gerbang. Ditambah lagi para mahasiswanya yang berpakaian syari dan juga ramah.”
Sanjaya menambahkan sebuah kritik dan saran untuk pelaksanaan PW PTK UIN SUSKA RIAU. Menurut Sanjaya, Kami disini kemah dengan tujuan diselenggarakannya PW PTK yaitu pertama menjalin silaturahim antar Perguruan Tinggi Keagamaan seindnesia, tidak hanya agama islam saja tetapi semua umat yang beragama lain pun boleh ikut. Ajang  PW PTK kali ini sangat berkesan bagi saya, karena memberikan nuansa yang berbeda dan pengalaman baru. Saya berharap untuk kedepannya, kegiatan ini tetap terlaksana dengan baik sebagaimana mestinya.”
Demikian hasil wawancara yang dilakukan oleh penulis, benar atau tidaknya akan hal itu, wallahu’alam.  Jika masih penasaran akan kebenarannya, pembaca dapat pergi berkunjung langsung ke lokasi Bengkulu.

0 komentar:

Posting Komentar