BATIK PEKALONGAN TIADA TANDINGANNYA
Kota Pekalongan merupakan kota yang
dikenal dengan keberagaman kebudayaannya baik itu tradisi, objek wisata, dan
karya seninya. Sehingga Pekalongan menjadi salah satu kota yang dipandang sebagai
kota kreatif dunia yang terkenal hingga kemancanegara. Adapun ragam budaya yang
paling unik dan terkenal adalah batik, hal ini
disampaikan oleh kak Rudy Priyo
Digjoyo, beliau merupakan ketua dewan racana dari
kontingen IAIN Pekalongan, mahasiswa jurusan Pendidikan Agama Islam semester
VI, serta menjadi narasumber penulis ketika berada di dekat tenda perkemahan PW
PTK ke-XIV se-Indonesia di Uin Suska Riau.
Ciri khas batik Pekalongan sangat berbeda dengan kota lainnya, perbedaannya terletak pada kekuatan warna batik yang cerah, inspirasi
batik ini berasal dari keberagaman
budaya daerah, kemudian dituangkan dalam goresan
motif batik Pekalongan. Inilah sebabnya, Pekalongan mempunyai motif batik yang sangat
beragam dan indah. Motif batik asli yang berasal dari Pekalongan sendiri adalah
motif Jlamprang ujar kak Rudy, yaitu suatu motif yang berbentuk semacam nitik dari Yogyakarta
dan disebut juga motif batik geometris, biasanya berupa lingkaran maupun
segitiga. Pembuatan batik ini membutuhkan waktu paling sedikit tiga bulan dan
paling lama bisa bertahun tahun, hal ini tergantung pada proses pengerjaannya
dan jumlah para pekerjanya. Pekalongan biasanya mengadakan event-event kebudayaan dengan tema
yang berbeda untuk setiap tahunnya dan dilaksanakan di Museum
Batik,
misalnya pada tahun 2017 dengan tema “Pekan Batik Pekalongan”, event ini diadakan untuk menyambut Hari
Batik Nasional ke-8.
Aktivitas membatik tidak hanya dilakukan di
lingkungan masyarakat saja, namun juga di lingkungan sekolah formal, beberapa
sekolah formal menyediakan belajar membatik sebagai muatan lokal. Mereka mempelajari motif dan teknik membatik yang bertujuan untuk
melestarikan budaya lokal. Berbicara mengenai sekolah formal, Pendidikan di Pekalongan juga terkenal
dengan nuansa islaminya, sehingga Pekalongan dijuluki sebagai kota santri,
seperti yang diungkapkan oleh kak Rudy. Hal ini juga dikarenakan banyak
pesantren yang didirikan di kota pekalongan, mengingat penduduk di Pekalongan
mayoritasnya islam, sehingga akan lebih mudah jika masyarakat ingin
memperingati hari besar islam, baik di lingkungan masyarakat umum maupun di lingkungan
sekolah. Namun dilihat dari segi pemerataan pendidikan di Pekalongan, pendidikannya
masih sama dengan kota lain, pastinya masih ada kekurangan dibagian desa
dibandingkan bagian kota, di daerah Pekalongan ini sudah hampir semua sekolah
diperhatikan pemerintah, baik itu sarana dan prasarana maupun guru yang
mengajar disekolah tersebut. Berbeda dengan
di desa, masih banyak sarana dan prasaran yang kurang memadai seperti, gedung yang rusak, kurangnya media belajar, serta kurangannya tenaga pengajar, Selain
itu jika dilihat dari kurikulum yang telah ditetapkan oleh pemerintah,
pendidikan di Pekalongan masih Pro dan kontra akibat diberlakunya Kurikulum 2013. Bagaimana
tidak, guru muda masih mempunyai banyak waktu untuk mempelajari berbagai metode
pembelajaran serta menyesuaikan kemampuan berdasarkan Kurikulum 2013,
sedangkan guru yang sudah berumur jelas kesulitan dalam mengaplikasikan Kurikulum 2013, kata kak Rudy yang antusias membahas masalah
pendidikan di Pekalongan. Akan tetapi pemerintah sendiri telah melakukan banyak
upaya untuk menanggulangi permasalahan yang muncul, seperti memberikan pelatihan
khusus yang terbukti sangat membantu guru di daerahnya. Disamping itu, Kurikulum
2013 juga mewajibkan sekolah untuk mengadakan ekskul pramuka, oleh karena itu
kampus IAIN Pekalongan menjadikan pramuka sebagai salah satu mata kuliah wajib
di Jurusan PGMI. Adapun obyek wisatanya juga kerap dikaitkan dengan ilmu
pendidikan dan pengetahuan tentang batik khas pekalongan, seperti International Batik Centre (IBC) dan
Museum Batik, tempat tersebut memberikan banyak informasi mengenai batik
Pekalongan, sangat cocok dijadikan sebagai tempat belajar sekaligus jalan-jalan
atau yang biasanya kita sebut dengan study tour..
Bagaimana jika kita sudah berada di
Pekalongan namun tidak mengetahui objek wisata unik apa yang mau dikunjungi,
nah tenang saja ujar kak Rudy. Pekalongan tidak sah kalau belum berkunjung ke
salah satu obyek wisata dan akan rugi jika tidak sampai ke tempat wisata
yang ada di Pekalongan ini. Misalnya objek wisata alam Pekalongan memiliki nuansa
alam yang berbeda dan memiliki keunikan tersendiri, selian itu objek wisata
Pekalongan juga beragam diantaranya, Pantai Pasir Kencana, Pantai Sigandu, Bukit Pawuluhan Pekalongan, Gunung
Kendalisodo, Wisata Hutan Manggrove, dan Terowongan Cinta. Naah... Sebanyak itu
obyek wisata yang ada, sayang sekali jika kita melewatkan kesempatan
jalan-jalan ini!! Tapi, biar bagaimanapun tetaplah berhati-hati jika berada di
Kota orang! Apalagi ditempat ini nih.. Salah satu tempat wisata Pekalongan yang
sangat terkenal dengan mistisnya yaitu Pantai Utara, karena disana terdapat
Dewi Lanjar (murid Nyi Roro Kidul) yang diyakini sebagai penguasa cantik di
Pantai Utara tersebut. Ketika berada
di pantai tersebut kita dilarang berenang, kita hanya bisa melihat keindahannya
saja. Konon katanya dewi tersebut dahulunya hilang, tersesat dan tidak kembali
ke rumahnya. Jadi masyarakat meyakini bila ada anak mereka yang hilang, maka
Dewi Lanjar lah menyembunyikan anak tersebut. Kita harus mampu menjaga
kesopanan (perkataan maupun tingkah laku) terutama di Pekalongan, agar tidak
terdapat gangguan yang merugikan. Karena tidak ada ruginya juga jika kita
selalu berkata dan bertingkah laku baik ketika berhadapan dengan orang yang
baru serta di tempat yang baru kita kunjungi. Namun semua orang punya masalalu termasuk bumi Allah
ini, masalalu ini cukup untuk kita ketahui bersama dan mengikuti peraturan yang
ada selagi tidak ada pihak yang dirugikan, selanjutnya semua kebenaran kembali kepada Allah SWT.
Lain lagi dengan tradisi, masyarakat Pekalongan khususnya
Kecamatan Pekalongan Barat, mereka biasanya menggelar sedekah bumi sebagai
ungkapan rasa syukur kepada Sang Pencipta. Kegiatan
ini dimeriahkan dengan pegelaran wayang kulit semalaman, dan diselingi dengan
pengajian serta penampilan rebana di balai kelurahan setempat, sambung kak Rudi. Selain
itu, ada tradisi 1 April yang merupakan tradisi unik mengenai Panen Raya
Pekalongan, tradisi ini diikuti oleh tiga agama yaitu, Islam, Kristen, dan
Hindu, mereka bersatu dan mengadakan do’a bersama demi kemajuan kota Pekalongan. Hal ini dibuktikan dengan adanya Masjid,
Gereja, dan Klenteng yang saling berdekatan di kawasan museum batik. Tradisi
ini menunjukkan tingginya toleransi beragama di Pekalongan. Kemudian dalam
menyambut bulan suci Ramadhan, diadakan do’a bersama di Masjid atau di jalanan
dengan disuguhkan nasi tumpeng sebagai ciri khasnya. Khusus di kabupaten
Panjang, ada ritual “pelemparan kepala kerbau” ke laut untuk memberi makan para hewan yang ada disana. Selain tradisi yang rutin dilakukan, pekalongan juga
memiliki berbagai makanan khas yang wajib dinikmati oleh pencinta kuliner
nusantara.
Makanan khas dari pekalongan tersebut yaitu Sego Megono yang terbuat dari nangka
muda lalu diiris dan dicampurkan dengan bumbu khas Pekalongan, Akan lebih
nikmat jika dicampur dengan tempe mendoan kata kak Rudy. Makanan khas lainnya yaitu soto khas Pekalongan (Tauto), yakni soto dengan bumbu tauco.
Terakhir yaitu Pindang Tetel Semacam
rawon tapi lebih encer, terbuat dari daging sapi yang dipotong atau ditetel
menjadi ukuran yang kecil, dan masih banyak lagi makanan-makanan khas dari
Pekalongan. Makanan khas Pekalongan memang menggugah selera begitu pula dengan
minuman khasnya yang juga tidak kalah nikmat, minuman khas ini bernama Kopi
Tahlil yang sebenarnya adalah kopi yang dibuat dengan seduhan rempah, seperti
jahe, kapulaga, cengkeh, kayu manis, pandan, serai, dan pala. Minuman ini
berkhasiat mampu menghangatkan tubuh, biasanya diminum dengan ditemani ketan.
Penulis mendapatkan informasi yang
sangat bermanfaat ini dari Kontingen Institut Agama Islam Negeri Pekalongan
yang mengikuti acara PW PTK ke-14 se-Indonesia di Pekanbaru, Riau. Tepatnya di
kampus Madani UIN SUSKA Riau. Dalam acara ini IAIN Pekalongan membawa anggota
sebanyak 18 orang dan 2 kakak pembina, 18 orang tersebut terdiri dari 9 putra
dan 9 putri, berikut nama-namanya : Rudy Priyo Digjoyo (Ketua Dewan Racana Putra), Kholilah, Tyas Prasetyo, Aru Maulana, Diky Aditya, Dwiyanto Arjun
Wibowo, Bayu Dwi Prayoga, Arifnal Huda, M.Arif Himawan, Syariful Maulana,
Triana Agustina, Yuni Cahaya Ningrum, Intan Setya Rini, Siti Mutmainnah,
Nikmatul Muftikhah, Kurotul Ain, Nailal Ilmi, dan Rahmawati Nur Agustin. Serta
kakak pembinanya yaitu kak Jawar Ali dan kak Allin. Dalam kesempatan ini
penulis mewawancarai Ketua Dewan Racana yaitu Kak Rudy Priyo Digjoyo dan 2
orang anggotanya (putra). Informasi yang disampaikan sangat membuat penulis
menghayalkan kejadian yang sebenarnya, seakan-akan penulis sedang mengelilingi
kota Pekalongan dan menikmati beberapa keindahan serta keberagaman budaya
Pekalongan. Ditambah karya seninya yang diakui oleh mancanegara yaitu Batik
Pekalongan.. Kuy..!! Ke
Pekalongan..!!! Biar apa coba…?? Kali aja dapat Batik gratis.. asik tauuuu…!!! Sekian
informasi yang penulis dapatkan dari Pekalongan sang Kota Batik,
terimakasih… J
Mahasiswa Pendidikan Matematika di Pekalongan:
0 komentar:
Posting Komentar