Minggu, 27 Mei 2018

BATIK PEKALONGAN TIADA TANDINGANNYA


BATIK PEKALONGAN TIADA TANDINGANNYA
Kota Pekalongan merupakan kota yang dikenal dengan keberagaman kebudayaannya baik itu tradisi, objek wisata, dan karya seninya. Sehingga Pekalongan  menjadi salah satu kota yang dipandang sebagai kota kreatif dunia yang terkenal hingga kemancanegara. Adapun ragam budaya yang paling unik dan terkenal adalah batik, hal ini disampaikan oleh kak Rudy Priyo Digjoyo, beliau merupakan ketua dewan racana dari kontingen IAIN Pekalongan, mahasiswa jurusan Pendidikan Agama Islam semester VI, serta menjadi narasumber penulis ketika berada di dekat tenda perkemahan PW PTK ke-XIV se-Indonesia di Uin Suska Riau. Ciri khas batik Pekalongan sangat berbeda dengan kota lainnya, perbedaannya terletak pada kekuatan warna batik yang cerah, inspirasi batik ini berasal dari keberagaman budaya daerah, kemudian dituangkan dalam goresan motif  batik Pekalongan. Inilah sebabnya, Pekalongan mempunyai motif batik yang sangat beragam dan indah. Motif batik asli yang berasal dari Pekalongan sendiri adalah motif Jlamprang ujar kak Rudy, yaitu suatu motif yang berbentuk semacam nitik dari Yogyakarta dan disebut juga motif batik geometris, biasanya berupa lingkaran maupun segitiga. Pembuatan batik ini membutuhkan waktu paling sedikit tiga bulan dan paling lama bisa bertahun tahun, hal ini tergantung pada proses pengerjaannya dan jumlah para pekerjanya. Pekalongan biasanya mengadakan event-event kebudayaan dengan tema  yang berbeda untuk setiap tahunnya dan dilaksanakan di Museum Batik, misalnya pada tahun 2017 dengan tema “Pekan Batik Pekalongan”, event ini diadakan untuk menyambut Hari Batik Nasional ke-8.
Aktivitas membatik tidak hanya dilakukan di lingkungan masyarakat saja, namun juga di lingkungan sekolah formal, beberapa sekolah formal menyediakan belajar membatik sebagai muatan lokal. Mereka mempelajari motif dan teknik membatik yang bertujuan untuk melestarikan budaya lokal. Berbicara mengenai sekolah formal, Pendidikan di Pekalongan juga terkenal dengan nuansa islaminya, sehingga Pekalongan dijuluki sebagai kota santri, seperti yang diungkapkan oleh kak Rudy. Hal ini juga dikarenakan banyak pesantren yang didirikan di kota pekalongan, mengingat penduduk di Pekalongan mayoritasnya islam, sehingga akan lebih mudah jika masyarakat ingin memperingati hari besar islam, baik di lingkungan masyarakat umum maupun di lingkungan sekolah. Namun dilihat dari segi pemerataan pendidikan di Pekalongan, pendidikannya masih sama dengan kota lain, pastinya masih ada kekurangan dibagian desa dibandingkan bagian kota, di daerah Pekalongan ini sudah hampir semua sekolah diperhatikan pemerintah, baik itu sarana dan prasarana maupun guru yang mengajar disekolah tersebut. Berbeda dengan di desa, masih banyak sarana dan prasaran yang kurang memadai seperti, gedung yang rusak, kurangnya media belajar, serta kurangannya tenaga pengajar, Selain itu jika dilihat dari kurikulum yang telah ditetapkan oleh pemerintah, pendidikan di Pekalongan masih Pro dan kontra akibat diberlakunya Kurikulum 2013. Bagaimana tidak, guru muda masih mempunyai banyak waktu untuk mempelajari berbagai metode pembelajaran serta menyesuaikan kemampuan berdasarkan Kurikulum 2013, sedangkan guru yang sudah berumur jelas kesulitan dalam mengaplikasikan Kurikulum 2013,  kata kak Rudy yang antusias membahas masalah pendidikan di Pekalongan. Akan tetapi pemerintah sendiri telah melakukan banyak upaya untuk menanggulangi permasalahan yang muncul, seperti memberikan pelatihan khusus yang terbukti sangat membantu guru di daerahnya. Disamping itu, Kurikulum 2013 juga mewajibkan sekolah untuk mengadakan ekskul pramuka, oleh karena itu kampus IAIN Pekalongan menjadikan pramuka sebagai salah satu mata kuliah wajib di Jurusan PGMI. Adapun obyek wisatanya juga kerap dikaitkan dengan ilmu pendidikan dan pengetahuan tentang batik khas pekalongan, seperti International Batik Centre (IBC) dan Museum Batik, tempat tersebut memberikan banyak informasi mengenai batik Pekalongan, sangat cocok dijadikan sebagai tempat belajar sekaligus jalan-jalan atau yang biasanya kita sebut dengan study tour..
Bagaimana jika kita sudah berada di Pekalongan namun tidak mengetahui objek wisata unik apa yang mau dikunjungi, nah tenang  saja ujar kak Rudy. Pekalongan tidak sah kalau belum berkunjung ke salah satu obyek wisata dan akan rugi jika tidak sampai ke tempat wisata yang ada di Pekalongan ini. Misalnya  objek wisata alam Pekalongan memiliki nuansa alam yang berbeda dan memiliki keunikan tersendiri, selian itu objek wisata Pekalongan juga beragam diantaranya, Pantai Pasir Kencana, Pantai Sigandu, Bukit Pawuluhan Pekalongan, Gunung Kendalisodo, Wisata Hutan Manggrove, dan Terowongan Cinta. Naah... Sebanyak itu obyek wisata yang ada, sayang sekali jika kita melewatkan kesempatan jalan-jalan ini!! Tapi, biar bagaimanapun tetaplah berhati-hati jika berada di Kota orang! Apalagi ditempat ini nih.. Salah satu tempat wisata Pekalongan yang sangat terkenal dengan mistisnya yaitu Pantai Utara, karena disana terdapat Dewi Lanjar (murid Nyi Roro Kidul) yang diyakini sebagai penguasa cantik di Pantai Utara tersebut. Ketika berada di pantai tersebut kita dilarang berenang, kita hanya bisa melihat keindahannya saja. Konon katanya dewi tersebut dahulunya hilang, tersesat dan tidak kembali ke rumahnya. Jadi masyarakat meyakini bila ada anak mereka yang hilang, maka Dewi Lanjar lah menyembunyikan anak tersebut. Kita harus mampu menjaga kesopanan (perkataan maupun tingkah laku) terutama di Pekalongan, agar tidak terdapat gangguan yang merugikan. Karena tidak ada ruginya juga jika kita selalu berkata dan bertingkah laku baik ketika berhadapan dengan orang yang baru serta di tempat yang baru kita kunjungi. Namun semua orang punya masalalu termasuk bumi Allah ini, masalalu ini cukup untuk kita ketahui bersama dan mengikuti peraturan yang ada selagi tidak ada pihak yang dirugikan, selanjutnya semua kebenaran kembali kepada Allah SWT.
Lain lagi dengan tradisi, masyarakat Pekalongan khususnya Kecamatan Pekalongan Barat, mereka biasanya menggelar sedekah bumi sebagai ungkapan rasa syukur kepada Sang Pencipta. Kegiatan ini dimeriahkan dengan pegelaran wayang kulit semalaman, dan diselingi dengan pengajian serta penampilan rebana di balai kelurahan setempat, sambung kak Rudi. Selain itu, ada tradisi 1 April yang merupakan tradisi unik mengenai Panen Raya Pekalongan, tradisi ini diikuti oleh tiga agama yaitu, Islam, Kristen, dan Hindu, mereka bersatu dan mengadakan do’a bersama demi kemajuan kota Pekalongan. Hal ini dibuktikan dengan adanya Masjid, Gereja, dan Klenteng yang saling berdekatan di kawasan museum batik. Tradisi ini menunjukkan tingginya toleransi beragama di Pekalongan. Kemudian dalam menyambut bulan suci Ramadhan, diadakan do’a bersama di Masjid atau di jalanan dengan disuguhkan nasi tumpeng sebagai ciri khasnya. Khusus di kabupaten Panjang, ada ritual “pelemparan kepala kerbau” ke laut untuk memberi makan para hewan yang ada disana. Selain tradisi yang rutin dilakukan, pekalongan juga memiliki berbagai makanan khas yang wajib dinikmati oleh pencinta kuliner nusantara.
Makanan khas dari pekalongan tersebut yaitu Sego Megono yang terbuat dari nangka muda lalu diiris dan dicampurkan dengan bumbu khas Pekalongan, Akan lebih nikmat jika dicampur dengan tempe mendoan kata kak Rudy. Makanan khas lainnya yaitu soto khas Pekalongan (Tauto), yakni soto dengan bumbu tauco. Terakhir yaitu Pindang Tetel Semacam rawon tapi lebih encer, terbuat dari daging sapi yang dipotong atau ditetel menjadi ukuran yang kecil, dan masih banyak lagi makanan-makanan khas dari Pekalongan. Makanan khas Pekalongan memang menggugah selera begitu pula dengan minuman khasnya yang juga tidak kalah nikmat, minuman khas ini bernama Kopi Tahlil yang sebenarnya adalah kopi yang dibuat dengan seduhan rempah, seperti jahe, kapulaga, cengkeh, kayu manis, pandan, serai, dan pala. Minuman ini berkhasiat mampu menghangatkan tubuh, biasanya diminum dengan ditemani ketan.
Penulis mendapatkan informasi yang sangat bermanfaat ini dari Kontingen Institut Agama Islam Negeri Pekalongan yang mengikuti acara PW PTK ke-14 se-Indonesia di Pekanbaru, Riau. Tepatnya di kampus Madani UIN SUSKA Riau. Dalam acara ini IAIN Pekalongan membawa anggota sebanyak 18 orang dan 2 kakak pembina, 18 orang tersebut terdiri dari 9 putra dan 9 putri, berikut nama-namanya : Rudy Priyo Digjoyo (Ketua Dewan Racana Putra), Kholilah, Tyas Prasetyo, Aru Maulana, Diky Aditya, Dwiyanto Arjun Wibowo, Bayu Dwi Prayoga, Arifnal Huda, M.Arif Himawan, Syariful Maulana, Triana Agustina, Yuni Cahaya Ningrum, Intan Setya Rini, Siti Mutmainnah, Nikmatul Muftikhah, Kurotul Ain, Nailal Ilmi, dan Rahmawati Nur Agustin. Serta kakak pembinanya yaitu kak Jawar Ali dan kak Allin. Dalam kesempatan ini penulis mewawancarai Ketua Dewan Racana yaitu Kak Rudy Priyo Digjoyo dan 2 orang anggotanya (putra). Informasi yang disampaikan sangat membuat penulis menghayalkan kejadian yang sebenarnya, seakan-akan penulis sedang mengelilingi kota Pekalongan dan menikmati beberapa keindahan serta keberagaman budaya Pekalongan. Ditambah karya seninya yang diakui oleh mancanegara yaitu Batik Pekalongan.. Kuy..!! Ke Pekalongan..!!! Biar apa coba…?? Kali aja dapat Batik gratis.. asik tauuuu…!!! Sekian informasi yang penulis dapatkan dari Pekalongan sang Kota Batik, terimakasih… J
Mahasiswa Pendidikan Matematika di Pekalongan:




















0 komentar:

Posting Komentar